Kebanyakan masyarakat tentu sudah tidak asing lagi dengan masalah kesehatan yang disebut dengan saraf kejepit. Penyakit saraf kejepit terjadi akibat bantalan lembut pada jaringan di sela deretan tulang belakang terkena dorongan hingga keluar. Sebagai bagian tubuh yang berguna untuk melancarkan komunikasi antara tubuh dengan otak, masalah pada saraf tersebut tentu bisa menyebabkan berbagai gangguan.
Secara umum, kondisi saraf terjepit tersebut menyebabkan rasa nyeri pada penderitanya, serta bisa menimbulkan mati rasa maupun tubuh menjadi lebih lemah dan lemas. Oleh karena itu, tak jarang penderita penyakit ini akan merasa terganggu untuk menjalankan rutinitasnya sehari-hari.
Tak perlu khawatir, saraf kejepit bisa disembuhkan dengan beberapa cara. Selain itu, agar tak gampang kambuh serta tak memperparah kondisinya, mencari tahu penyebab serta gejala saraf kejepit tentu penting untuk dilakukan. Oleh karena itu, berikut pembahasan tentang penyakit saraf kejepit, penyebab, gejala, hingga cara mengobatinya yang layak untuk kamu simak.
Baca Juga: Fisioterapi untuk Mencegah Cacat Fisik
Apa Itu Saraf Kejepit?
Saraf kejepit adalah...
Dalam bahasa medis disebut sebagai hernia nukleus pulposus, biasa disingkat HNP, dan herniated disc, saraf kejepit adalah kondisi di mana saraf penderitanya tertekan bagian di sekitarnya.
Saat bantalan lembut pada jaringan di antara rangkaian tulang-tulang bagian tulang belakang terdorong sampai keluar, bagian saraf akan mengirimkan sinyal rasa nyeri pada otak. Bahkan, di kondisi yang sudah parah, penyakit saraf terjepit ini bisa menimbulkan mati rasa, dan juga kelemahan terhadap anggota tubuh yang terdampak.
Oleh karena itu, penderita masalah kesehatan ini tak seharusnya meremehkan tanda atau gejala saraf kejepit agar kondisinya tak semakin bertambah parah.
Gejala Saraf Kejepit
Pada sejumlah kasus, di mana kondisi saraf kejepit masih belum parah, penderitanya biasanya hanya akan merasakan gejala berupa nyeri di beberapa anggota tubuhnya. Namun, gejala tersebut sering kali tidak dianggap sebagai akibat dari saraf kejepit dan tak terlalu dihiraukan oleh penderitanya.
Gejala lain dari masalah saraf kejepit adalah:
- Kesemutan.
- Kebas.
- Mati rasa.
- Penurunan sensasi atau kemampuan untuk merasa pada bagian tubuh yang mengalami saraf terjepit.
- Nyeri atau sakit yang terasa seperti terbakar dan menjalar sampai ke luar.
- Tubuh terasa seperti ditusuk jarum.
- Tangan dan kaki tidak bisa merasakan apa pun.
- Bagian otot tubuh yang diduga menderita saraf kejepit juga biasanya akan menjadi semakin lemah.
Gejala saraf kejepit juga bisa bertambah parah saat melakukan gerakan tertentu, misalnya, memutar kepala maupun menegangkan leher.
Jika gejala saraf kejepit dibiarkan terlalu lama, ada sejumlah dampak yang bisa terjadi, seperti, jaringan pelindung dan jaringan lunak di sekitar area saraf pecah. Saat hal tersebut terjadi, cairan akan keluar dan menimbulkan pembengkakan serta memicu tekanan ekstra.
Penyebab Saraf Kejepit
Penyebab Saraf Kejepit
Manusia memiliki tulang belakang atau tulang punggung yang terdiri atas 26 tulang dengan sebutan vertebrata. Antara rangkaian tulang belakang tersebut, ada bantalan karet yang biasa disebut sebagai disc atau cakram. Bantalan tersebutlah yang membantu dan menjaga tulang agar tetap pada posisinya serta berguna untuk meredam guncangan yang diterima oleh tubuh.
Cakram pada tulang belakang mempunyai bagian tengah yang teksturnya lunak selayaknya jeli dan disebut sebagai nukleus. Nukleus terbungkus pada bagian luar dengan tekstur yang lebih keras, tapi tetap kenyal yang disebut annulus. Nah, herniated disc atau saraf kejepit terjadi saat beberapa nukleus terdorong keluar akibat adanya robekan pada bagian anulus.
Kondisi tersebut paling rentan terjadi pada bagian tulang belakang di area leher. Nukleus yang keluar tersebut diduga menghasilkan zat kimia dan menyebabkan iritasi pada saraf sekitarnya. Iritasi tersebutlah yang membuat penderita saraf kejepit ini merasakan nyeri yang cukup signifikan.
Saraf kejepit juga bisa terjadi akibat keluarnya cakram sehingga menekan bagian saraf dan memicu rasa sakit ketika ditekan. Selain itu, masalah kesehatan ini bisa dipicu pula oleh keausan maupun penggunaan bagian tubuh tertentu secara berlebihan, berulang-ulang, dan dalam waktu yang lama.
Keausan yang terjadi secara berkala karena faktor usia atau degenerasi pada cakram paling rentan memicu masalah saraf kejepit. Semakin usia bertambah, cakram akan kehilangan fleksibilitasnya dan rentan pecah atau robek, bahkan akibat tekanan atau gerakan sedikit saja.
Kendati demikian, tak sedikit orang yang masih bingung penyebab pasti dari masalah saraf kejepit. Kadang kala, mengangkat barang berat dengan cara yang salah, maupun memutar tubuh ketika mengangkat benda berat juga bisa memicu saraf kejepit. Oleh karena itu, untuk menghindari risiko terkena masalah kesehatan ini, usahakan tak mengangkat benda berat dengan cara yang salah, atau usahakan tumpuannya berada di lutut atau kaki, bukan punggung.
Faktor Risiko yang Memicu Saraf Kejepit
Saraf kejepit juga bisa dipicu oleh berbagai macam hal dan kondisi. Berikut adalah beberapa di antaranya.
- Terluka.
- Arthritis atau rematik pada pergelangan tangan.
- Postur tubuh kurang baik yang bisa memperberat tekanan di bagian saraf dan tulang belakang.
- Stres saat melakukan pekerjaan secara berulang-ulang.
- Berat badan berlebih.
- Melakukan kegiatan olahraga yang berisiko menyebabkan cedera.
- Memiliki kondisi kesehatan khusus, seperti, carpal tunnel syndrome.
Baca Juga: Neurobion, Suplemen Kesehatan yang Bermanfaat Menunjang Metabolisme dan Sistem Saraf Tubuh
Metode Pengobatan Saraf Kejepit
Karena bisa menimbulkan rasa nyeri atau sakit yang hebat, bahkan sampai melemahkan penderitanya, saraf kejepit perlu ditangani dengan metode pengobatan yang tepat dan segera. Tergantung kondisi penderitanya, ada beberapa cara pengobatan saraf kejepit yang bisa dilakukan, seperti:
-
Mengonsumsi Obat-Obatan
Penderita saraf kejepit bisa mengonsumsi beberapa jenis obat untuk meringankan gejalanya sesuai dengan anjuran dokter. Jika masih merasakan rasa nyeri yang tidak terlalu berat, dokter biasanya akan merekomendasikan obat pereda nyeri kepada pasien saraf kejepit yang bisa dengan mudah dibeli di apotek. Beberapa contoh obat pereda nyeri adalah ibuprofen, naproxen sodium, dan acetaminophen.
Namun, jika rasa sakit tak kunjung mereda, obat yang direkomendasikan oleh dokter adalah suntikan kortikosteroid pada area sekitar bagian saraf tulang belakang. Obat pelumas otot juga dapat diresepkan oleh dokter pada penderita yang mengalami otot kejang. Apabila penggunaan obat lain tidak cukup ampuh dan tak memberikan dampak apa pun, dokter akan mempertimbangkan pemberian opioid kepada pasien dalam jangka pendek.
-
Terapi
Agar meringankan gejala saraf kejepit, dokter dapat memberikan terapi fisik terhadap pasiennya. Tujuan dari terapi fisik tersebut adalah untuk mengatasi rasa nyeri yang timbul karena masalah saraf terjepit.
-
Operasi
Pada kasus tertentu, tindakan operasi perlu dilakukan guna mengatasi masalah saraf kejepit. Dokter akan menyarankan tindakan ini apabila metode pengobatan lainnya tidak bisa memperbaiki kondisi saraf kejepit setelah 6 minggu. Terlebih jika muncul gejala baru seperti nyeri yang tak terkontrol, kelemahan atau mati rasa, sulit berjalan atau berdiri, sampai kehilangan kontrol atas usus maupun kandung kemih.
Segera Tangani Saraf Kejepit agar Tak Memicu Masalah Lain yang Lebih Serius
Tanpa penyebab yang jelas, saraf kejepit bisa dialami oleh siapa saja dan mengganggu kemampuannya dalam menjalani rutinitas sehari-hari. Jika tidak ditangani dengan tepat, masalah kesehatan tersebut bisa memicu beragam gangguan lain yang lebih serius. Oleh karena itu, saat kamu menyadari gejala saraf kejepit, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter agar penanganan medis yang tepat bisa segera diambil dan tak menjadikannya semakin parah.
Baca Juga: Skoliosis, Gangguan Tulang yang Perlu Perhatian Khusus