Senin 30 May 2022 22:43 WIB

WHO: Pasien Cacar Monyet Alami Lesi Lebih Sedikit, Kerap Terkonsentrasi di Area Genital

Selama masih ada lesi, penderita cacar monyet masih menular.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Foto yang dipasok CDC pada 1997 memperlihatkan kulit lengan kanan dan dada seorang pasien ditumbuhi lesi cacar monyet. Selama lesi masih ada, pasien cacar monyet masih bisa menularkan penyakitnya.
Foto: (CDC via AP)
Foto yang dipasok CDC pada 1997 memperlihatkan kulit lengan kanan dan dada seorang pasien ditumbuhi lesi cacar monyet. Selama lesi masih ada, pasien cacar monyet masih bisa menularkan penyakitnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dr Rosamund Lewis dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa cukup banyak penderita cacar monyet saat ini yang memiliki lesi lebih sedikit dibandingkan kasus cacar monyet pada umumnya. Namun dalam kasus-kasus tersebut, lesi cacar monyet kerap terkonsentrasi pada area genital, dan bahkan terkadang di area yang hampir tak terlihat.

"Anda mungkin memiliki lesi ini selama dua sampai pekan dan lesi-lesi tersebut tak terlihat oleh orang lain, tapi Anda masih bisa menularkannya," ungkap dr Lewis.

Baca Juga

Sebagian besar pasien cacar monyet hanya mengalami gejala yang relatif ringan, seperti demam, nyeri badan, menggigil. dan lelah. Pada kasus yang lebih serius, lesi atau lenting khas cacar monyet bisa muncul di area wajah, tangan, dan bahkan berbagai area tubuh lain.

Dr Lewis mengakui bahwa masih ada cukup banyak hal yang belum diketahui terkait wabah cacar monyet saat ini. Salah satu alasannya, penyebaran kasus cacar monyet yang terjadi saat ini sedikit berbeda dibandingkan biasanya.

Sebagai contoh, kasus cacar monyet kini ditemukan di berbagai negara non endemik. Selain itu, kebanyakan kasus cacar monyet dialami oleh kelompok tertentu, seperti gay, biseksual, atau pria yang berhubungan seks dengan pria.

"Penting untuk menjelaskan ini karena tampaknya ada peningkatan kasus melalui transmisi yang belum pernah diketahui sebelumnya," jelas dr Lewis, seperti dilansir Washington Post, Senin (30/5/2022).

Meski tampak lebih banyak mengenai kelompok tertentu, dr Lewis menekankan bahwa siapa pun yang melakukan kontak erat dengan pasien cacar monyet memiliki risiko untuk tertular. Beberapa ahli juga mengungkapkan hal serupa dan menilai kemunculan kasus cacar monyet di kelompok tertentu mungkin sebuah kebetulan.

Misalnya, kasus cacar monyet pertama mungkin mengenai seorang pria gay sehingga penularannya juga akan terjadi di komunitas pria tersebut. Hingga saat ini, belum diketahui apakah kasus cacar monyet yang terjadi saat ini ditularkan lewat hubungan seksual atau hanya melalui kontak erat yang terjadi saat seseorang melakukan aktivitas seksual.

photo
Asal usul cacar monyet. - (Republika)

Selain itu, risiko penularan cacar monyet di populasi umum juga terbilang rendah. WHO mengonfirmasi ada 257 kasus cacar monyet dan 120 kasus suspek cacar monyet di 23 negara non endemik, per Ahad (29/5/2022) kemarin. Meski kasus terus bertambah, WHO mengungkapkan bahwa cacar monyet tak akan menjadi pandemi seperti halnya Covid-19.

"Yang jelas adalah virus ini memanfaatkan transmisi yang sudah jelas diketahui, yaitu kontak fisik yang dekat," jelas dr Lewis.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement