REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan RI mengusung jargon "jangan tunggu haus" pada musim haji 2022. Tujuannya, untuk mencegah kejadian dehidrasi pada calon jamaah haji di tengah situasi cuaca panas Arab Saudi.
"Hashtag kami tahun ini 'jangan tunggu haus' sebab suhu harian di Arab Saudi rata-rata 42-45 derajat Celsius," kata Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes RI Budi Sylvana usai menghadiri Upacara Pelepasan PPIH di Lapangan Upacara Kemenkes RI, Jakarta, Selasa (31/5/2022).
Budi mengatakan, tim advance Kemenkes RI telah melakukan analisa situasi cuaca di Arab Saudi. "Diperkirakan cuaca panas akan memuncak hingga 55 derajat Celcius. Saya baru dari sana, memang cuacanya cukup panas," ujarnya.
Bahkan Budi menyebut terik matahari di Arab Saudi pada Juni dan Juli 2022 lebih panas dari situasi ibadah haji 2019. Ia mengatakan, minum air putih dengan takaran minimal dua liter per hari efektif mencegah risiko dehidrasi. "Kadang calon haji tidak sadar karena dia tidak berkeringat merasa tidak haus karena lembab udaranya," katanya.
Selain jangan menunda minum, kata dia, Kemenkes juga menyarankan calon haji untuk menghindari rutinitas yang tidak penting di luar ruangan. "Misalnya berbelanja, berziarah, umrah berkali-kali. Kami sarankan fokus dulu pada wajib hajinya. Wukuf di Arafah, Musdalifah, dan Mina, setelah itu baru beribadah di tempat lain," ujarnya.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Kesehatan RI Kunta Wibawa mengimbau Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) untuk mendampingi seluruh calon jamaah haji selama beraktivitas di Arab Saudi. "PPIH agar mewaspadai perubahan cuaca ektrem di Arab Saudi. Ingatkan jamaah agar minum supaya tidak dehidrasi dan jangan tunggu haus. Jamaah batasi aktivitas fisik di luar ruangan," katanya.
Kunta mengatakan, kebugaran fisik jamaah menjadi hal penting selama menjalani ibadah haji agar terhindar dari berbagai penyakit yang berisiko tinggi, termasuk Covid-19. "Ibadah haji tahun ini masih berada pada situasi pandemi Covid-19. Tentunya kondisi itu berbeda dengan tahun sebelumnya. Penerapan prokes adalah mandatori, baik bagi petugas, terlebih jamaah haji," katanya.
Kunta mengatakan, dalam kurun 15 tahun terakhir, angka kematian jamaah haji Tanah Air di Arab Saudi masih sangat tinggi, berkisar dua per 1.000 jamaah per tahun. "Dari kuota per tahun 221 ribu, maka sekitar 300 sampai 400 jamaah meninggal per tahun," katanya. Kunta meminta PPIH mendampingi upaya preventif dan promotif agar kondisi kesehatan jamaah terjaga baik dan mengurangi risiko kematian.