REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam berbagai kalangan masyarakat, masih ada polemik soal electric vehicle (EV) atau mobil listrik. Salah satunya mengenai seberapa ramah lingkungan kah EV tersebut.
Meski mobil listrik tak memiliki knalpot, tapi EV membutuhkan energi listrik yang dihasilkan dari berbagai sumber. Salah satunya sumber yang kurang ramah lingkungan seperti batu bara.
Artinya, EV bisa dikatakan tanpa emisi jika digunakan di negara yang tak lagi memproduksi listrik dari sumber yang kurang ramah lingkungan. Di Indonesia, saat ini EV belum bisa dikatakan sebagai kendaraan tanpa emisi jika ditinjau dari hulu ke hilir.
Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementrian ESDM, Dadan Kusdiana mengatakan, saat ini batu bara masih jadi salah satu sumber utama dalam produksi listrik.
"Saat ini 60 persen produksi listrik di Indonesia masih menggunakan batu bara," kata Dadan dalam Festival Energi Terbarukan yang digelar di Jakarta pada Kamis (2/6).
Mengingat masih tingginya kontribusi batu bara, maka diperlukan sinergi dari berbagai stakeholder untuk menghadirkan pembangkit listrik yang lebih ramah lingkungan. Dengan begitu, penggunaan batu bara dalam produksi listrik bisa terus ditekan.
"Penggunaan batu bara akan kami kurangi secara bertahap. Sebagai gantinya, kita akan meningkatkan produksi listrik dari sumber yang lebih ramah lingkungan seperti energi baru terbarukan atau EBT," ucapnya.
Nantinya, kata dia, jika EBT telah jadi pengganti batu bara, maka Indonesia bisa menghasilkan listrik dengan output yang lebih besar dari sumber yang lebih variatif dan merata. Sehingga, spirit untuk jadi negara nett zero emission bisa tercapai dengan optimal.