Jumat 03 Jun 2022 15:13 WIB

Dokter Berhasil Transplantasi Telinga dengan Cetakan 3D dari Sel

Telinga cetak ini dihasilkan oleh 3D Bio Therapeutics.

Rep: MGROL136/ Red: Dwi Murdaningsih
Telinga buatan. Ilustrasi
Foto: Sciencealert
Telinga buatan. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang dokter berhasil mentransplantasikan telinga cetak 3D kepada seorang wanita yang lahir dengan kelainan telinga bawaan. Telingan cetak ini berasal dari sel manusia.

Telinga cetak ini dihasilkan oleh 3D Bio Therapeutics. Transplantasi adalah bagian dari studi klinis pertama. Keberhasilannya merupakan langkah maju yang signifikan untuk rekayasa jaringan.

Baca Juga

“Jika semuanya berjalan sesuai rencana, ini akan merevolusi cara melakukannya,” kata Arturo Bonilla, ahli bedah rekonstruksi telinga yang memimpin tim melakukan prosedur.

Microtia merupakan penyakit di mana satu atau kedua telinga tidak berkembang atau hilang sama sekali. Kelainan ini mempengaruhi sekitar 1.500 bayi yang lahir di Amerika Serikat setiap tahun.

Telinga AuriNovo, implan jaringan yang dirancang untuk menggantikan telinga yang hilang pada pasien ini, saat ini sedang diuji dalam uji klinis dengan 11 peserta.

Telinga pasien microtia biasanya terbuat dari cangkok tulang rusuk atau bahan sintetis. Sebagai gantinya, biopsi dari telinga pasien yang ada diambil dan sel-sel tulang rawan diekstraksi dalam prosedur eksperimental ini. 

Sel-sel ini kemudian dibudidayakan dan dicetak 3D ke dalam bentuk telinga pasien. Tulang rawan telinga beregenerasi selama hidup pasien, dan karena dibuat dari sel mereka sendiri, kemungkinannya kecil untuk ditolak.

Tahun ini telah menjadi momen penting dalam teknologi transplantasi. Dokter melakukan transplantasi jantung babi pada seorang pasien pada bulan Januari, tetapi pasien tersebut meninggal beberapa bulan kemudian. 

Tim peneliti lain sedang mengembangkan paru-paru dan arteri darah yang dicetak 3D. Dilansir dari The New York Times, eksekutif 3D Bio Therapeutics menjelaskan bahwa metode mereka mungkin digunakan untuk mencetak bagian tubuh lain seperti hidung  serta organ rumit seperti hati dan ginjal di masa depan.

Telinga tidak sekompleks organ, dan tidak seperti hati. Telinga tidak diperlukan untuk bertahan hidup, jadi ini akan menjadi jalan panjang menuju masa depan yang bisa dibayangkan. 

"Tetapi akan lebih realistis jika Anda memiliki telinga," kata Adam Feinberg, profesor teknik biomedis dan ilmu material serta teknik di Universitas Carnegie Mellon.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement