Jumat 03 Jun 2022 18:00 WIB

Air di Bulan Berasal dari Gunung Berapi?

Ilmuwan menemukan banyak es yang terbentuk dari gunung berapi di dekat kutub bulan.

Rep: MGROL136/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi bulan
Foto: dok. Republika
Ilustrasi bulan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kita membayangkan Bulan sebagai tempat yang kering, berdebu, dan berbatu. Namun, bulan memiliki air es, yang ditemukan di kawah berbayang permanen di dekat kutubnya.

Pada Mei 2022, para ilmuwan dari University of Colorado Boulder (CU Boulder) mengumumkan bahwa mereka telah menemukan lebih banyak es yang terbentuk dari gunung berapi di dekat kutub bulan. Lapisan es tebal ini dapat digunakan sebagai sumber air oleh astronot masa depan.

Baca Juga

Pada 3 Mei 2022, para peneliti menerbitkan temuan peer-review mereka di The Planetary Science Journal.

Dunia yang berbeda

Dilansir dari EarthSky, Jumat (3/6/2022), Bulan adalah dunia yang sama sekali berbeda dengan Bumi. Ribuan gunung berapi meletus di permukaannya 2 hingga 4 miliar tahun yang lalu, menciptakan sungai dan danau lava. 

Sisi gelap Bulan yang dikenal sebagai maria terbentuk oleh curahan lava dari letusan gunung berapi ini. Letusan ini sangat besar. 

Ternyata lava bukanlah satu-satunya produk dari gunung berapi bulan. Menurut para peneiti, Gunung berapi di Bulan juga mengeluarkan sejumlah besar uap air, yang mengembun di permukaan bulan dan menciptakan es.

Air dari Bulan di Atmosfer Sementara

Saat ini, bulan hampir tidak memiliki oksigen. Namun gunung berapi bulan purba ini menghasilkan awan karbon monoksida dan uap air. 

Awan membentuk atmosfer singkat saat mereka berputar di sekitar bulan. Uap air mungkin telah mengembun ke permukaan sebagai embun beku dalam kondisi tersebut. Seiring waktu, es menumpuk, membentuk lapisan hingga kedalaman ratusan kaki. 

Andrew Wilcoski, penulis utama studi baru dari Department of Astrophysical and Planetary Sciences (APS) CU Boulder dan Laboratory for Atmospheric and Space Physics (LASP), mengatakan bahwa “Kami membayangkannya sebagai embun beku di bulan yang membangun naik seiring waktu.”

 

Studi lain dari tahun 2020 memperkirakan bahwa lebih dari 6.000 mil persegi (15.000 kilometer persegi) permukaan bulan mungkin masih tertutup es. Gunung berapi bisa menjadi salah satu tempat dari mana air itu berasal.

Apakah ini potensi pasokan air untuk astronot masa depan?

Menurut para peneliti, lapisan es itu menyimpan banyak air. Menurut ilmuwan, mayoritas air es seharusnya masih ada hingga saat ini. Jika itu masalahnya, astronot masa depan dapat menggunakannya untuk mendapatkan air yang sangat dibutuhkan. 

Mereka mungkin harus menggali sedikit, karena es kemungkinan besar terkubur di bawah beberapa kaki regolith bulan (debu dan batu). 

Para peneliti percaya bahwa sebagian besar es di bulan kita berasal dari gunung berapi purba. Jika memang demikian, astronot bulan masa depan bisa mendapatkan keuntungan dari es sebagai sumber air minum.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement