Sabtu 04 Jun 2022 07:50 WIB

Cara Orang Tua Ajak Bicara Bisa Jaga Kesehatan Mental Anak

Anak ibarat spons yang bisa menyerap ketegangan yang ada di sekitarnya.

Rep: Santi Sopia/ Red: Dwi Murdaningsih
Ibu-ibu dengan anak berkumpul dan mengobrol.
Foto: mothercircle
Ibu-ibu dengan anak berkumpul dan mengobrol.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tragedi penembakan di Uvalde, Texas, beberapa waktu lalu, yang menewaskan puluhan orang, tentu menjadi keprihatinan bersama. Insiden tak terduga itu dilakukan pelaku yang masih remaja. Remaja itu diduga mengalami depresi akibat perundungan yang kerap dialaminya.

Bertambahnya insiden kriminal, kelangkaan susu formula hingga pandami Covid-19, telah setidaknya membuat orang tua khawatir. Berkaca dari tragedi Texas, terapis Keluarga Tom Kersting, yang berbasis di New Jersey, mengatakan tentu para orang tua ingin semakin menyadari kesehatan mental anak.

Baca Juga

Kersting mengatakan ternyata kekhwatiran orang tua juga sangat bisa ditangkap oleh anak-anak. Anak ibarat spons yang bisa menyerap ketegangan yang ada di sekitarnya.

Karena itulah penting mengelola perasaan ortu sendiri dengan bersikap lebih tenang di depan buah hati. Ajak anak bicara dari hati ke hati.

Perhatikan dan jaga agar lingkungan sekitar aman untuk anak-anak. Bagaimana seharusnya orang tua berbicara kepada dan di sekitar anak-anak mereka pada saat seperti ini?

Kersting menjelaskan bahwa orang tua harus berpikir hati-hati sebelum bereaksi di sekitar anak-anak. Ada alasan mengapa tingkat kecemasan dan depresi anak-anak sangat tinggi.

"Anak-anak kita menangkap semuanya,” kata dia, seperti dikutip Fox News, Sabtu (4/6/2022).

Kersting menjelaskan bahwa kebanyakan orang tua "tidak menyadari" saat mereka mempertahankan dan membangun ketegangan dalam rumah tangga, kemudian diproyeksikan kembali ke anak-anak mereka. Anak-anak seperti spons yang seakan mengalami itu semua.

"Jadi, orang tua benar-benar perlu mengambil napas, berhenti sejenak, menemukan ketenangan dan mencoba memasukkannya ke dalam persamaan ketika mereka berada di sekitar anak-anak mereka,” lanjut dia.

Psikoterapis, yang berspesialisasi dalam terapi keluarga dan paparan anak-anak di era digital itu juga merekomendasikan untuk mematikan berita berat di televisi. Setidaknya, orang tua perlu menjauhkannya dari jangkauan pendengaran anak-anak.

Untuk siswa sekolah menengah dan remaja, Kersting menyarankan agar orang tua rajin memeriksa dengan mengajukan pertanyaan terbuka, seperti, "Apakah semuanya baik-baik saja?"

Anak-anak yang terbiasa dengan kepuasan instan mungkin mengalami kelangkaan untuk pertama kalinya di tengah peristiwa terkini. Pada era teknologi baru, di mana anak-anak terbiasa dengan kepuasan instan, Kersting menunjukkan bahwa ini mungkin pertama kalinya beberapa dari mereka mengalami hal baru yang bisa dipetik sisi positifnya.

“Mungkin ada sisi positif yang diambil dari ini, untuk anak-anak kita,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement