REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Twitter dilaporkan tengah bertindak untuk menyelamatkan kesepakatan dengan CEO Tesla Elon Musk. Perusahaan menawarkan untuk menyerahkan sejumlah besar data yang terkait dengan platform.
Awal pekan ini, seorang pengacara Musk menghubungi Twitter agar perusahaan memenuhi permintaan Musk, yaitu merilis data jumlah akun spam dan bot. Jika tidak terpenuhi, Musk mengancam akan membatalkan kesepakatannya.
Musk menawar 44 miliar dolar AS untuk membeli Twitter pada April, tetapi mempertanyakan pernyataan Twitter yang menyebut lima persen dari 229 juta penggunanya terdiri dari akun spam dan bot. Dia yakin jumlah sebenarnya jauh lebih tinggi.
Beberapa waktu lalu, Twitter gagal menanggapi permintaan Musk. Namun, sekarang, perusahaan dilaporkan telah menawarkan Musk dan timnya akses ke platform yang disebut “Firehouse.” Data “Firehouse” terdiri dari ratusan juta cuitan yang mendarat di layanan setiap hari dan mencakup informasi detail tentang perangkat pengguna dan akun terkait.
Twitter sudah menyediakan data tersebut dengan harga tertentu. Sekitar 24 perusahaan saat ini membayar untuk akses ke data yang dapat digunakan untuk kegiatan seperti penelitian dan pemasaran.
Dilansir Digital Trends, Kamis (9/6/2022), sejumlah orang yang curiga menilai Musk bersikap dingin dan menggunakan pertengkaran untuk lari dari kesepakatan. Musk bersikeras ingin membeli perusahaan itu, tetapi dia harus melihat data akurat tentang jumlah akun bot dan spam.
Belum jelas apakah tawaran Twitter yang dilaporkan untuk menyerahkan data “Firehose” ke tim Musk akan cukup untuk menjaga kesepakatan. Pertama, analis data perlu meneliti data untuk mencoba menentukan jumlah akun bot dan spam.
Jika mereka berhasil mengkategorikan berbagai jenis akun pada layanan tersebut, Musk kemudian memiliki dua pilihan, pergi untuk menurunkan nilai tawarannya atau untuk melanjutkan kesepakatannya.