REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Paparan zat kimia bernama PFAS bisa memicu peningkatan risiko hipertensi pada manusia. Kontaminasi PFAS ini bisa mengenai berbagai objek yang dekat dengan manusia, termasuk air minum.
PFAS dijuluki sebagai "forever chemicals" atau zat kimia yang abadi karena tak bisa terurai secara alami di lingkungan. PFAS yang tak terurai ini kemudian bisa mengontaminasi air minum, tanah, udara, dan makanan yang dikonsumsi oleh manusia.
Karena mengontaminasi banyak objek yang dekat dengan kehidupan manusia, ada cukup banyak orang yang terpapar oleh PFAS. Sebagian orang mungkin memiliki PFAS dalam kadar yang bisa terdeteksi pada darah mereka.
Berkaitan dengan hal ini, beberapa studi telah melihat paparan PFAS sebagai faktor yang berpotensi memengaruhi kesehatan manusia dan juga risiko kanker. Studi terbaru juga menunjukkan bahwa hipertensi bisa berkaitan dengan paparan PFAS.
Studi terbaru ini melibatkan lebih dari 1.000 orang perempuan dengan tekanan darah yang normal sebagai partisipan. Para partisipan ini berasal dari lima wilayah berbeda di Amerika Serikat, dengan proporsi lebih dari 50 persen wanita merupakan ras kulit putih, 15 persen ras kulit hitam, dan sisanya adalah ras Asia Timur.
Para partisipan menjalani pemeriksaan kesehatan tahunan selama periode 1999-2017. Di awal studi, para peneliti juga melakukan pemeriksaan untuk mengetahui keberadaan tujuh macam zat kimia PFAS dalam darah partisipan. Selama periode 1999-2017, ada 470 orang partisipan yang terdiagnosis dengan hipertensi.
Hasil studi menunjukkan bahwa kadar PFAS yang tinggi di dalam darah dapat meningkatkan risiko hipertensi. Peningkatan risiko ini mencapai 71 persen.