Kamis 16 Jun 2022 16:41 WIB

Kasus Covid-19 Melonjak di Indonesia, Ini Sejumlah Faktor Peyebabnya

Selain varian baru, ada sejumlah faktor lain penyebab lonjakan kasus Covid-19.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Nora Azizah
Selain varian baru, ada sejumlah faktor lain penyebab lonjakan kasus Covid-19.
Foto: ANTARA/Muhammad Iqbal
Selain varian baru, ada sejumlah faktor lain penyebab lonjakan kasus Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasubbid Dukungan Kesehatan Satgas COVID-19 Nasional, Alexander Ginting meyakini, selain disebabkan oleh munculnya varian baru, lonjakan kasus Covid-19 juga disebabkan karena faktor lainnya. Salah satunya adalah longgarnya penerapan protokol kesehatan di masyarakat.

"Jadi memang benar bahwa setiap ada perubahaan varian, itu menyebabkan terjadi kenaikan kasus. Tapi kenaikan kasus ini juga dibarengi oleh faktor-faktor lain. Salah satunya faktor adalah terjadinya pelonggaran protokol kesehatan di masyarakat, individu, keluarga ataupun komunitas," katanya dalam diskusi daring yang digelar Forum Merdeka Barat 9 bertema "Awas, Omicron Kembali Mengintai Indonesia", Kamis (16/6/2022).

Baca Juga

Faktor kedua, sambung Alex, seiring dengan semangat perbaikan dan pemulihan ekonomi nasional yang menyebabkan terjadinya peningkatan mobilitas.

Mobilitas ini, Alex mengakui, tertuang dalam surat edaran Satgas Covid-19 tentang Protokol Kesehatan bagi Pelaku Perjalanan Dalam Negeri No.18 dan Surat Edaran No.19 tentang Protokol Kesehatan bagi Pelaku Perjalanan Luar Negeri.

"Jadi ini juga mempengaruhi terjadinya mobilitas yang tinggi. Artinya banyak orang Indonesia ke luar dan banyak orang luar masuk Indonesia," ungkapnya.

Faktor lainnya, jelas Alex, adalah pelonggaran peraturan yang tidak mewajibkan pelaku perjalanan melakukan test PCR dan lain-lain. Hal ini seiring dengan vaksinasi yang memadai. Sehingga pelonggaran persyaratan dialihkan ke persyaratan vaksinasi.

Alex menyampaikan, pandemi covid-19 belum berakhir dan corona virus ini akan terus bermutasi dan menular. Untuk itu, pemerintah akan melanjutkan penerapan strategi pengendalian covid-19 berlapis yang selama ini diterapkan.

"Sekarang kita masuk dalam penerapan prokes di tingkat desa dan kelurahan yang disebut skala micro. Ini yang tidak boleh kemah. Sebab ini bagian dari sistem ketahanan negara," bebernya.

Alex menyebut, varian baru omicron BA. 4 dan BA.5 ini, muncul dengan karakter unik yakni mampu menghindari antibodi sistem kekebalan tubuh atau yang disebut escape immunity. "Memang jelas bahwa varian BA.4 dan BA.5 ini dilaporkan juga memiliki kemampuan penurunan kemampuan terhadap Antibodi monoklonal jadi dia memiliki kemampuan escape," terangnya.

Alex menambahkan, dua varian ini memiliki sifat yang mudah menular dari satu orang ke orang lainnya. Termasuk orang-orang yang sudah mendapat vaksinasi lengkap dan booster Covid-19. Meski demikian, Alex menuturkan bahwa varian omicron BA.4 dan BA.5 tidak memiliki tingkat infeksi separah varian Delta atau Omicron.

“Sehingga dengan adanya subvarian BA.4 dan BA.5 ini hanya menimbulkan gejala ringan, tidak sama dengan waktu Delta," jelasnya.

Alex mengatakan, selama cakupan vaksinasi rendah maka virus Covid-19 semakin bermutasi atau berkembang. "Kita lihat di Afrika ini (varian B.1.1.529 atau Omicron) setelah Omicron masuk ke berbagai negara, dia juga ikut berkembang bermutasi terus berlangsung, khususnya di negara yang vaksinasinya timpang. Afrika selatan sebagai contoh salah satu negara yang akses vaksinasinya tidak merata dan terus berkembang," terang Alex.

Alex menambahkan, bagi orang dengan komorbid dan belum di vaksinasi Covid-19, varian ini bisa menimbulkan kesakitan parah.

Maka dari itu, masyarakat diimbau melakukan upaya proteksi diri, salah satunya dengan vaksinasi lengkap dan booster Covid-19.

"Bertujuan, jika suatu saat terinfeksi, maka hanya mengalami gejala ringan alias menurunkan risiko kesakitan parah hingga rawat inap," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement