Selasa 21 Jun 2022 05:17 WIB

Profesor Asal Inggris Sarankan Dokter tidak Meresepkan Obat Secara Berlebihan

Pemerintah Inggris memperkirakan 10 persen obat yang diresepkan tidak diperlukan.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Resep obat dari dokter (ilustrasi). Penggunaan obat berlebihan bisa berujung masalah.
Foto: Wikimedia
Resep obat dari dokter (ilustrasi). Penggunaan obat berlebihan bisa berujung masalah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memeriksakan diri ke dokter identik dengan membawa pulang resep obat untuk ditebus di apotek. Akan tetapi, dokter top Inggris justru menyarankan rekan sesama dokter untuk tidak meresepkan obat secara berlebihan.

Dia adalah Profesor Sir Stephen Powis. Menurut Powis, imbauan tersebut perlu menjadi perhatian setelah pandemi Covid-19 mulai mereda. Dia meminta para dokter tidak menyelesaikan berbagai masalah dengan obat.

Baca Juga

"Sebagai seorang petugas medis, pendekatan 'pil untuk setiap penyakit' tidak boleh menjadi titik awal untuk merawat pasien," kata Powis pada konferensi National Health Service (NHS) Confed Expo di Liverpool, Inggris.

Powis menyoroti penggunaan obat berlebihan bisa berujung masalah. Satu dari lima kasus rawat inap rumah sakit pada pasien di atas 65 tahun dan 6,5 persen dari semua kasus rawat inap di Inggris, disebabkan oleh efek samping obat.

Fakta lain yang dia paparkan ialah biaya fantastis obat resep yang dikeluarkan oleh apotek komunitas di Inggris. Sepanjang 2021-2022, obat resep dari Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) menelan biaya besar.

Besarannya yakni 9,69 miliar poundsterling (setara dengan Rp 175,82 triliun) dengan 1,14 miliar obat yang dibagikan. Pil penurun kolesterol atorvastatin adalah yang paling umum, yakni sebanyak 53,4 juta pil.

Sebuah tinjauan pemerintah Inggris belum lama ini memperkirakan bahwa 10 persen dari obat yang diresepkan dalam perawatan primer tidak diperlukan. Tinjauan obat biasanya dilakukan setiap tahun.

 

Sementara itu, ada sekitar 8,4 juta orang di Inggris mengonsumsi lebih dari lima obat setiap hari. Kebiasaan itu rentan dengan risiko efek samping. Itu sebabnya Powis mewanti-wanti tenaga medis untuk cermat dalam meresepkan obat.

"Mengurangi resep yang tidak perlu yang dapat meningkatkan risiko bahaya dan menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan kini lebih penting dari sebelumnya," ujar Powis, dikutip dari laman Express.co.uk, Senin (20/6/2022).

Sang dokter menyampaikan bahwa NHS telah mengambil tindakan untuk memangkas resep yang tidak perlu, dengan cara memanfaatkan sumber dayanya sebaik mungkin. NHS menugaskan tim ahli farmasi ke seluruh negeri untuk memberikan saran kepada pasien agar mencermati resep obat dan memaksimalkan pilihan pengobatan lain.

Baca juga : Mengapa Dokter Gigi tak Sarankan Pasta Gigi Pemutih?

Memangkas resep yang tidak perlu berpotensi menghemat jutaan poundsterling sehingga dapat diinvestasikan kembali ke perawatan NHS. Menurut prediksi, secara realistis peresepan obat bisa dikurangi sebesar 10 persen.

Powis juga menyampaikan para dokter perlu kembali ke ritme perawatan pakem setelah pandemi Covid-19 mereda. Utamanya, untuk menemukan ancaman yang tidak terdiagnosis setelah layanan kesehatan terganggu oleh krisis kesehatan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement