REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Taman Safari Indonesia (TSI) Bogor menggencarkan berbagai upaya untuk mencegah satwanya terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK). Belakangan, virus PMK tengah merebak dengan jumlah kasus meningkat di beberapa wilayah.
General manager TSI Bogor, Emeraldo Parengkuan, menyampaikan bahwa kondisi kesehatan satwa di kawasan TSI Bogor selalu dipantau dengan rutin. Penangkaran satwa pun telah mengikuti standar ketat terkait kebersihan dan sterilisasi.
Terdapat enam dokter hewan didampingi tenaga kesehatan yang bertugas di TSI Bogor. Mereka merawat sekaligus mengawasi secara ketat dengan pedoman biosecurity dan biosafety di habitat serta penangkaran satwa.
Saat bertugas, tenaga kesehatan dan karyawan menggunakan seragam khusus agar menghindari kemungkinan kontaminasi dari droplet. Mereka juga bekerja mengenakan sarung tangan dan sepatu bot yang disediakan.
Ketika masuk ke penangkaran, sepatu direndam dalam kotak disinfektan yang sudah tersedia. Antisipasi lain pencegahan virus PMK yakni menyediakan pakan satwa yang sudah dijamin kebersihannya. TSI Bogor tidak melarang pengunjung membawa pakan yang dibeli dari pedagang di luar area karena ingin memberikan dampak ekonomi kepada pedagang dan perkebunan warga sekitar.
"Kami sudah memberikan penyuluhan kepada warga dan pedagang sekitar terkait kebersihan dan kualitas pakan yang baik untuk satwa termasuk penyuluhan tentang wabah PMK sehingga bersama kita dapat mencegah penyebaran wabah ini," kata Emeraldo melalui pernyataan resminya, dikutip Kamis (23/6/2022).
Dia menginformasikan bahwa kegiatan penyuluhan kepada warga sekitar rutin dilakukan oleh TSI Bogor demi mengedukasi dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat. Diharapkan, akan semakin banyak warga yang peduli dan turut menjaga lingkungan serta meningkatkan kewaspadaan, khususnya pencegahan virus PMK.
TSI Bogor menyadari virus PMK memiliki dampak terhadap kesehatan, sekaligus mengimbas perekonomian. Sebab, satwa yang terjangkit virus PMK akan menyebabkan kerugian bagi para peternak dan berpengaruh pada ketahanan pangan.
Akan tetapi, TSI Bogor mengingatkan bahwa virus PMK menyebar di kalangan hewan dan tidak bersifat zoonosis (menyebar dari hewan ke manusia atau sebaliknya). Virus PMK umumnya menyerang satwa yang memiliki kuku belah seperti sapi, domba, dan sejenisnya.