Jumat 24 Jun 2022 14:21 WIB

Ilmuwan Dunia akan Rancang Vaksin Covid-19 Ampuh Lawan Varian di Masa Depan

Vaksin Covid-19 yang ada saat ini dinilai sudah perlu diperbarui.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Vaksin Covid-19 yang ada saat ini dinilai sudah perlu diperbarui.
Foto: www.wikimedia.com
Vaksin Covid-19 yang ada saat ini dinilai sudah perlu diperbarui.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lebih dari dua tahun pandemi COVID-19, dan bahkan dengan vaksin yang sangat efektif yang melindungi orang dari penyakit parah, virus corona terus berevolusi. Terbaru, varian Omicron yang saat ini mendominasi di seluruh dunia, lebih mudah menular dan lebih baik dalam menghindari perlindungan yang diberikan vaksinasi dan infeksi sebelumnya.

Para ahli memperkirakan bahwa infeksi ulang cenderung meningkat karena subvarian omicron terus muncul dan perlindungan dari vaksin terbukti berkurang seiring waktu. Hal ini membuat para ahli menyoroti kebutuhan akan vaksin baru yang bisa melindungi setiap individu dari varian di masa depan, bahkan menyetop penularan dan menawarkan perlindungan terhadap semua gejala termasuk yang ringan.

Baca Juga

Dokter penyakit menular dari University of California, San Francisco, Dr Monica Gandhi mengatakan bahwa vaksin mRNA saat ini seperti yang diproduksi Pfizer dan Moderna telah berhasil melindungi individu dari pneumonia yang disebabkan oleh Covid-19 dan penyakit parah. Namun, vaksin tersebut tidak bekerja dengan baik dalam menghasilkan respons antibodi yang memadai untuk melindungi kita dari gejala dan untuk menyetop penularan.

“Jadi pendekatan desain vaksin baru diperlukan untuk mengikuti perkembangan virus,” kata Monica Gandhi seperti dilansir dari Yahoo News, Jumat (24/6/2022).

Pakar vaksin setuju bahwa vaksin yang ada saat ini sudah perlu diperbarui, namun belum ada kesepakatan bersama tentang pendekatan terbaik yang perlu dilakukan. Yang pasti, panel ahli dari FDA, Komite Penasihat Vaksin dan Produk Biologi, diharapkan digelar pada 28 Juni untuk membahas apakah komposisi strain vaksin Covid-19 harus dimodifikasi serta merumuskan apa saja yang perlu diubah.

Saat ini ada beberapa sublineage Omicron yang beredar di AS, meskipun BA.2.12.1, menyumbang sebagian besar kasus, 64 persen saat ini. Selain Novavax, kandidat vaksin baru yang disetujui oleh komite penasihat FDA minggu lalu dan diharapkan segera mendapat persetujuan penuh dari regulator AS, selanjutnya ada kandidat booster yang dikembangkan oleh Moderna.

Suntikan booster dirancang untuk menargetkan Omicron secara khusus dan dapat tersedia musim gugur ini. Minggu lalu perusahaan mengumumkan bahwa vaksin "bivalen", kombinasi booster lama yang menargetkan strain ancestral dan formula yang menargetkan varian Omicron, menghasilkan respons antibodi penetralisir superior terhadap virus corona, dibandingkan dengan vaksin aslinya.

Tetapi Gandhi dan para ahli lainnya khawatir bahwa pada saat booster khusus Omicron tersedia, itu tidak akan menjadi efektif. Karena vaksin dirancang untuk menargetkan Omicron BA.1, yang sekarang sudah langka di AS.

“Kita sudah harus bersiap dengan BA.2, BA.2 12, BA.4 dan BA.5 yang akan datang. Jadi sulit untuk mengikuti jika Anda hanya menargetkan protein lonjakan,” jelas Gandhi.

Protein lonjakan adalah bagian dari virus yang membantunya menempel pada sel. Semua vaksin yang saat ini digunakan di AS menargetkan lokasi spesifik virus ini. Masalahnya, menurut Gandhi, ini adalah bagian dari virus yang paling banyak bermutasi. 

Vaksin saat ini dirancang untuk menargetkan protein lonjakan dari strain leluhur yang mulai beredar pada musim semi tahun 2020, tetapi protein lonjakan virus saat ini terlihat sangat berbeda. Para peneliti telah menemukan bahwa protein lonjakan Omicron memiliki setidaknya 42 mutasi baru.

Gandhi percaya bahwa vaksin yang lebih baik untuk melawan Omicron dan varian di masa depan adalah vaksin yang melampaui protein lonjakan dan membantu sistem kekebalan lebih kuat. Salah satu vaksin yang menjanjikan, kata dia, adalah vaksin Covaxin –suntikan yang awalnya dikembangkan di India oleh Bharat Pharmaceuticals tetapi sekarang memiliki pabrikan AS bernama Ocugen.

Gandhi menjelaskan bahwa vaksin Covaxin menunjukkan kekebalan sistem seluruh virus dalam bentuk tidak aktif dan karenanya menghasilkan respon imunologi yang lebih luas, bukan saja protein lonjakan tetapi bagian lain dari virus.

Lebih dari 350 juta dosis Covaxin telah diberikan di seluruh dunia. Ini adalah suntikan kedua yang paling banyak digunakan di India dan telah disetujui untuk digunakan di 24 negara lain sejauh ini. Selain itu, Gandhi mengatakan, Covaxin telah terbukti aman dan efektif dan dapat segera tersedia di AS.

Pendekatan vaksin lain yang sedang dilakukan para ilmuwan adalah semprotan hidung. Benjamin Goldman-Israelow, seorang instruktur di Yale School of Medicine, adalah bagian dari tim peneliti yang saat ini sedang mengerjakan vaksin intranasal. Dia menjelaskan bahwa vaksin kami saat ini menghasilkan kekebalan sistemik, yang berarti bahwa begitu Anda menerima suntikan, antibodi yang beredar dan sel T (bagian penting dari sistem kekebalan) membantu Anda melawan virus.

“Kami ingin membuat vaksin yang tidak hanya meningkatkan kadar antibodi secara sistemik, tetapi juga menginduksi pembentukan antibodi, serta sel T, di dalam saluran pernapasan yang menjadi tempat infeksi SARS CoV-2. Dengan menginduksi memori imunologis di dalam saluran pernapasan, kita dapat mencegah infeksi dan penularan virus dengan lebih baik,” kata Goldman-Israelow.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement