REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kendaraan plug-in hybrid electric vehicle (PHEV) didesain sebagai kendaraan yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Sebab, pengendara bisa melakukan isi ulang saat berada di rumah atau saat parkir di perkantoran atau mall.
Dengan begitu, baterai bisa selalu dalam kondisi penuh sehingga pengendara bisa bepergian dengan jarak 50 hingga 80 kilometer tanpa mengaktifkan mesin konvensional.
Dikutip dari Drive pada Sabtu (25/6/2022), sebuat studi yang dilakukan oleh International Council on Clean Transportation (ICCT) menemukan bahwa kebanyakan pengendara PHEV tak menyempatkan diri untuk melakukan pengisian ulang baterai saat mobil tak digunakan.
Studi itu dilakukan pada 9 ribu pengguna PHEV di Uni Eropa, Norwegia, Swiss, dan Inggris. Budaya itu pun membuat kendaraan PHEV tak bisa berperan optimal dalam menekan konsumsi bahan bakar dan menekan emisi.
Jika baterai tak terisi penuh, maka secara otomatis mobil PHEV akan mengaktifkan mesin konvensional sehingga pengendara tetap bisa melanjutkan perjalananya. Artinya, kendaraan PHEV jadi mengonsumsi lebih banyak bahan bakar dan otomatis menghasilkan emisi gas buang yang lebih banyak.
Dalam kondisi ideal, kendaraan PHEV diuji lewat World Harmonised Light Vehicle Testing Procedure atau WLTP dan mengantongi efisiensi sekitar 1,6 liter per 100 kilometer. Tapi, karena mayoritas pengguna PHEV jarang melakukan pengisian ulang baterai, maka rasio efisiensinya melonjak jadi sekitar 4 liter per 100 kilometer.
Soal emisi, pengujian WLTP mencatat penggunaan PHEV secarai idela membuat kendaraan tersebut hanya mengeluarkan emisi sekitar 37 gram per kilometer. Tapi, budaya yang ada membuat angka itu melesat jadi 90 gram per kilometer.