REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Seorang anggota komisi federasi komunikasi Amerika Serikat (FCC AS) Brendan Carr meminta Apple dan Google menghapus TikTok dari toko aplikasi mereka. Brendan mengaku khawatir media sosial asal China itu mengambil data warga AS.
Carr telah mengirimkan surat kepada kedua perusahaan teknologi tersebut. Dia percaya bahwa ada pola perilaku dan representasi yang salah mengenai akses tak terbatas yang dimiliki orang-orang di Beijing ke data pengguna AS yang sensitif.
"Itu melanggar standar Apple dan Google dan bahwa TikTok harus dikeluarkan dari toko aplikasi," kata Brendan Carr seperti diwartakan New York Times, Kamis (30/6/2022).
Permintaan Carr tidak mungkin mendapatkan daya tarik karena FCC tidak mengatur toko aplikasi dan agenda komisi sebagian besar ditentukan oleh ketua Demokratnya. Tapi itu menunjukkan tekanan berkelanjutan pada perusahaan teknologi China dari pejabat di Washington.
Hal ini lantaran mereka telah lama lama khawatir bahwa perusahaan induk TikTok China, ByteDance dapat mengekspos data mereka kepada pemerintah China. Mantan presiden AS Donald Trump mencoba memaksa ByteDance untuk menjual aplikasi atau menghadapi pengusiran dari toko aplikasi pada tahun 2020.
Pada satu titik, pemerintahan Trump mengumumkan kesepakatan di mana Oracle, perusahaan komputasi awan Amerika akan mengambil alih sebagian dari perusahaan. Namun penjualannya tidak pernah membuahkan hasil.
Belakangan pemerintahan Presiden Joe Biden telah mempertimbangkan langkah lain untuk menjauhkan data AS dari China. Meski demikian, mereka belum secara terbuka meminta TikTok untuk memutuskan hubungan dengan pemiliknya di China.
Juru Bicara TikTok Brooke Oberwetter menyatakan bahwa mereka juga mengambil langkah untuk mencegah karyawan di China mendapatkan akses ke data perusahaan. TikTok mengaku telah memindahkan semua data dari pengguna AS melalui server yang dikendalikan oleh Oracle, sebuah perusahaan teknologi asal California.
Kendati, Briden Carr mengaku tak percaya dengan upaya tersebut bakal membuat perbedaan. Menurutnya, klaim TikTok yang menyebutkan data pengguna mereka disimpan di server AS tidak memberikan perlindungan terhadap data yang diakses dari Beijing.
"Memang, pernyataan TikTok bahwa '100 persen lalu lintas pengguna AS dialihkan ke Oracle' tidak mengatakan apa pun tentang dari mana data itu dapat diakses," katanya.