REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut data dari Office for National Statistics, lebih dari dua juta orang dewasa dan lebih dari 100 ribu anak-anak di Inggris mengalami long Covid. Ini berarti lebih dari tiga persen populasi orang dewasa yang sudah sembuh dari Covid-19 memiliki kondisi tersebut.
Mengingat jumlah ini terus bertambah, para ilmuwan dan dokter bekerja keras untuk memahami penyebabnya. Bersamaan dengan ini mereka menyusun secara lebih mendalam gejala yang dialami pasien.
Beberapa gejala ini, menurut peneliti dari University of Milan, disebabkan oleh infeksi kelenjar tiroid yang sudah berlangsung lama. Kelenjar tiroid terletak di leher dan bertanggung jawab untuk produksi hormon yang diperlukan agar tubuh berfungsi dengan baik.
Berdasarkan laporan dari pasien yang mengalami disfungsi tiroid, menurut para peneliti Italia, virus penyebab Covid-19 dapat memengaruhi cara kerja kelenjar ini hingga satu tahun setelah infeksi awal. Illaria Muller dari University of Milan mengatakan ada hubungan yang jelas antara disfungsi tiroid dan penyakit Covid-19.
Hormon yang dilepaskan kelenjar tiroid ke dalam tubuh sangat penting untuk pertumbuhan, metabolisme, dan perkembangan tubuh. Selanjutnya, kelenjar akan mengeluarkan hormon ekstra saat tubuh membutuhkan dorongan energi, seperti saat hamil.
Dalam sebuah penelitian terhadap pasien Covid-19, tiroiditis memang sering terjadi. Tiroiditis terjadi ketika kelenjar tiroid meradang.
Gejalanya akan tergantung pada jenis tiroiditis yang diderita pasien. Ada banyak bentuk tiroiditis yang mengusik, mulai dari hashimoto, tiroiditis de quervain, tiroiditis pasca melahirkan, tiroiditis tanpa nyeri, tiroiditis akibat obat, tiroiditis akibat radiasi, dan tiroiditis akut atau infeksi.
Tergantung pada bentuk kondisinya, tiroiditis dapat diobati dengan antibiotik. Sementara itu, fokus berlanjut bukan hanya pada penyebab long Covid, tapi bagaimana penanganannya.
Sebuah jalan baru sedang dicermati oleh University College London. Tim sedang mencari tahu kemungkinan pengencer darah dapat digunakan untuk meringankan gejala. Dasar di balik percobaan ini adalah karena hubungan antara Covid-19 dan peningkatan risiko pembekuan darah.