Selasa 05 Jul 2022 15:43 WIB

Anak-Anak dan Remaja Ternyata Lebih Mudah Kecanduan Pornografi Online

Pornografi bisa merusak otak.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Dwi Murdaningsih
Anak dan Pornografi (ilustrasi)
Foto: Antara
Anak dan Pornografi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Para peneliti mengungkapkan anak-anak dan remaja yang terpapar pornografi daring lebih mungkin kecanduan dibandingkan orang dewasa. Hal ini disebabkan otak remaja lebih terhubung untuk hal kesenangan.

The Wall Street Journal melaporkan otak mereka melepaskan dosis dopamine yang lebih tinggi, neurotransmitter yang berhubungan dengan perasaan menyenangkan. Aktivitas seksual diketahui dapat merangsang otak dengan melepaskan kelebihan dosis dopamin.

Baca Juga

Karena anak muda memiliki otak yang sangat sensitif terhadap stimulasi berlebihan, paparan pornografi dapat mengarahkan otak untuk mencari dosis tersebut dengan cara yang kompulsif. Selain itu, para peneliti juga menemukan paparan pronografi berulang dapat membuat anak-anak memiliki kecenderungan terhadap perilaku seksual yang agresif.

Studi besar lain yang berjudul Neural Correlates of Sexual Cue Reactivity in Individuals with and without Compulsive Sexual Behaviours menemukan pria muda yang melaporkan konsumsi pornografi secara kompulsif memiliki aktivitas otak yang mencerminkan para pecandu narkoba.

Para peneliti memperingatkan paparan pornografi yang berkepanjangan pada usia yang sangat muda dapat membelokkan pandangan remaja tentang seks. Penyanyi terkenal sekaligus pemenang Grammy Award Billie Eilish mengatakan kebiasaan porno yang terus dia lakukan pada usia 11 tahun telah menghancurkan otaknya.

“Saya pikir pornografi adalah aib. Saya dulu sering menonton film porno. Saya mulai menonton film porno ketika saya berusia 11 tahun,” kata Eilish kepada Howard Stern dari SiriusXM Radio tahun lalu.

Eilish juga mengaku dia mulai menonton semakin banyak jenis pornografi grafis yang menyesatkan pandangannya tentang seks. “Itu sampai pada titik di mana saya tidak bisa menonton apa pun kecuali itu kekerasan, saya pikir itu tidak menarik,” ujarnya.

Para ahli memperingatkan orang tua dan pendidik harus menahan diri untuk tidak menimbulkan rasa bersalah atau malu pada remaja dengan memarahi mereka karena menonton film porno. Sebuah survei yang dilakukan oleh psikolog yang berbasis di Los Angeles Nicole Prause menemukan hampir satu dari tiga pria dewasa muda yang mengambil bagian dalam program pantang porno dilaporkan merasa ingin bunuh diri setelah kambuh ingin menonton film porno.

“Jika kita menutup percakapan dan berkata ‘Jangan menonton film porno karena bisa membuat kecanduan dan akan merusak otak’ terdengar menakutkan. Pernyataan tersebut merupakan salah satu di antara pesan yang menakutkan dan membuat keadaan makin memburuk," kata Prause kepada Journal.

Dilansir New York Post, Selasa (5/7/2022), untuk mengatasainya, para ahli merekomendasikan agar orang tua memfilter konten eksplisit di perangkat anak-anak mereka. Apple menawarkan opsi “Content and Privacy Restrictions” di bagian “Screen Time” pada menu pengaturan pada perangkat iPhone, iPad, dan iPod Touch.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement