REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Profesionalisme dunia pendidikan menjadi salah satu faktor signifikan terhadap masa depan bangsa Indonesia. Untuk itu, kapasitas dan kapabilitas guru atau pendidik harus selaras dengan pesatnya perkembangan zaman.
"Kunci utama transformasi sistem pendidikan di Indonesia adalah kemauan pendidik untuk terus belajar dan mengembangkan diri," ujar Mendikbudristek, Nadiem Makarim, dalam siaran pers, Selasa (5/7/2022).
Hal tersebut menjadi fokus Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui berbagai program, yang bertujuan meningkatkan kompetensi siswa melalui penguatan para guru dan kepala sekolah di Indonesia. Salah satu program yang dikerjakan adalah program Organisasi Penggerak.
Sejak 2021, Tanoto Foundation, organisasi filantropi independen di bidang pendidikan, dipercaya menjadi mitra Kemendikbudristek untuk turut mendukung program Organisasi Penggerak melalui jalur pendanaan mandiri. Program yang dijalankan disebut program Pintar Penggerak.
Program itu dijalankan di empat kabupaten, yakni Kampar, Riau; Muaro Jambi, Jambi; Tegal, Jawa Tengah; dan Kutai Barat, Kalimantan Timur. Melalui Program Pintar Penggerak, Tanoto Foundation memodelkan praktik baik untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam literasi, numerasi, dan sains di 263 SD dan SMP.
Karena itu, Tanoto Foundation menggelar Tanoto Facilitators Gathering (TFG) 2022 untuk membantu para guru dan kepala sekolah mitra untuk mengembangkan diri. Anggota Dewan Pembina Tanoto Foundation, Belinda Tanoto, mengungkapkan, peningkatan kualitas tenaga pendidik atau guru merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk memajukan kualitas pendidikan di Indonesia.
"Karena itu, sejak tahun 2018, Tanoto Foundation mendukung program pemerintah dalam peningkatan kualitas pendidikan melalui Program Pintar atau Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran,” kata dia.
Menurut Belinda, berdasarkan evaluasi dampak terhadap program Pintar, pencapaian siswa di sekolah mitra cenderung stabil, meskipun dua tahun tidak bertatap muka. Hal tersebut, kata dia, sangat dimungkinkan terjadi karena para guru menerapkan cara-cara baru atau melakukan inovasi dalam pembelajaran untuk mencegah learning loss selama pandemi.
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek, Iwan Syahril, berkesempatan berkunjung ke SMPN III Tapung, Kampar, Riau. Dalam dialognya dengan para guru, Iwan menekankan, fokus pendidikan adalah murid, maka guru harus selalu melakukan inovasi dan menambah pengalaman untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi murid.
"Itu artinya, guru harus bisa memahami karakteristik masing-masing anak didiknya. Karena setiap anak itu unik, maka guru harus terus belajar, mencari ide untuk memecahkan masalah-masalah yang ditemukan di kelas,” ujar dia.
Menurut akademisi dan praktisi pendidikan, Anita Lie, nilai-nilai dari Ki Hadjar Dewantara merupakan sumber inspirasi dari konsep Merdeka Belajar. Menurut dia, Merdeka Belajar bukan hanya sebuah program, tapi sebuah gerakan yang akan menjadi fondasi pendidikan di Indonesia.
"Konsep ini sejalan dengan prinsip Ki Hadjar Dewantara, pendidikan yang berpusat pada siswa," terang dia.
Melalui Program PINTAR, Tanoto Foundation melatih dan mendampingi kepala sekolah, guru, dan komite sekolah pada jenjang SD/MI, SMP/MTs, dan dosen LPTK di 25 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur, Riau, Jambi, Sumatera Utara, dan Jawa Tengah. Program ini telah memberi manfaat bagi lebih dari 200 ribu siswa.