REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandu Raharja Liu (28 tahun) sukses mengembangkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk mendeteksi profil biomarker kanker. Berkat inovasinya tersebut, Pandu masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30-Eropa 2022 kategori Sains dan Kesehatan (Forbes 30 Under 30- Europe 2022: Science and Healthcare).
Dua perangkat lunak buatan Panakeia pun sudah mendapatkan persetujuan dari otoritas Inggris dan Uni Eropa."Pandu Raharja-Liu menggunakan kecerdasan buatan untuk menghasilkan profil biomarker kanker hanya dalam hitungan menit, bukan hari, mempercepat diagnosis, pengobatan, dan pengembangan obat," demikian ditulis Forbes.
Panakeia berdiri pada November 2018. Pandu bertemu dengan Pahini Pandya, yang saat ini menjadi co-founder dan CEO Panakeia, di Entrepreneur First London.
"Dia cancer biologist, saya AI researcher. Dulu saya sudah banyak melakukan riset kanker dari sisi computational dan AI," kata pria lulusan Technical University of Munich itu.
Terobosan
Panakeia mengembangkan pendekatan pertama yang bisa mendeteksi profil biomarker kanker dengan bantuan teknologi AI tanpa harus melakukan tes. Pandu percaya itu merupakan sebuah terobosan.
Pandu menjelaskan, perjalanan diagnosis kanker biasanya dimulai dari ada gejala yang terasa oleh pasien atau terasa saat melakukan skrining. Kemudian, rumah sakit melakukan gross detection mengguna kan teknologi radiografi, seperti CT, MRI, dan Pet.
Selanjutnya, sampel biopsi diambil. Berikutnya adalah analisis primer oleh patolog. Setelah itu, biomarker profiling dilaku kan untuk menentukan spesifik kanker/prognosis kanker/re ko mendasi pengobatan. Terakhir adalah tumour board, yaitu onkolog, radiolog, patolog, dan ahli bedah bertemu untuk mendiskusikan rencana pengobatan.