Jumat 08 Jul 2022 23:02 WIB

Teknologi Ini Bisa Deteksi Biomarker Kanker dalam Hitungan Menit

Deteksi biomarker kanker digunakan menggunakan kecerdasan buatan.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Dwi Murdaningsih
Kanker (ilustrasi)
Foto: PxHere
Kanker (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandu Raharja Liu (28 tahun) sukses mengembangkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk mendeteksi profil biomarker kanker. Berkat inovasinya tersebut, Pandu masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30-Eropa 2022 kategori Sains dan Kesehatan (Forbes 30 Under 30- Europe 2022: Science and Healthcare).

Dua perangkat lunak buatan Panakeia pun sudah mendapatkan persetujuan dari otoritas Inggris dan Uni Eropa."Pandu Raharja-Liu menggunakan kecerdasan buatan untuk menghasilkan profil biomarker kanker hanya dalam hitungan menit, bukan hari, mempercepat diagnosis, pengobatan, dan pengembangan obat," demikian ditulis Forbes.

Baca Juga

Panakeia berdiri pada November 2018. Pandu bertemu dengan Pahini Pandya, yang saat ini menjadi co-founder dan CEO Panakeia, di Entrepreneur First London.

"Dia cancer biologist, saya AI researcher. Dulu saya sudah banyak melakukan riset kanker dari sisi computational dan AI," kata pria lulusan Technical University of Munich itu.

Terobosan

Panakeia mengembangkan pendekatan pertama yang bisa mendeteksi profil biomarker kanker dengan bantuan teknologi AI tanpa harus melakukan tes. Pandu percaya itu merupakan sebuah terobosan.

Pandu menjelaskan, perjalanan diagnosis kanker biasanya dimulai dari ada gejala yang terasa oleh pasien atau terasa saat melakukan skrining. Kemudian, rumah sakit melakukan gross detection mengguna kan teknologi radiografi, seperti CT, MRI, dan Pet.

Selanjutnya, sampel biopsi diambil. Berikutnya adalah analisis primer oleh patolog. Setelah itu, biomarker profiling dilaku kan untuk menentukan spesifik kanker/prognosis kanker/re ko mendasi pengobatan. Terakhir adalah tumour board, yaitu onkolog, radiolog, patolog, dan ahli bedah bertemu untuk mendiskusikan rencana pengobatan.

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement