Rabu 13 Jul 2022 05:10 WIB

Seorang Pria Masuk RS karena Kelebihan Konsumsi Vitamin D

Kelebihan vitamin D bisa menyebabkan gangguan kesehatan yang cukup berat.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Kelebihan vitamin D bisa menyebabkan gangguan kesehatan yang cukup berat.
Foto: www.piqsels.com
Kelebihan vitamin D bisa menyebabkan gangguan kesehatan yang cukup berat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang pria paruh baya telah dirujuk ke rumah sakit setelah mengalami muntah, mual, kaki kram, tinnitus, mulut kering, rasa haus yang meningkat, diare dan penurunan berat badan. Usut punya usut, pasien tersebut mengonsumsi koktail suplemen vitamin termasuk vitamin D 150 ribu IU, padahal kebutuhan harian hanya 10 mcg atau 400 IU.

Untuk menempatkan dosis ini dalam perspektif, National Institutes of Health merekomendasikan untuk mengonsumsi tidak lebih dari 15 mcg (mikrogram) per hari dalam suplemen. Jumlah itu sama dengan 600 IU. Laporan kasus tersebut memberikan gambaran nyata tentang dampak buruk mengonsumsi vitamin D secara berlebih.

Baca Juga

“Sering terjadi kesalahpahaman tentang ini. Banyak yang berpikir, jika konsumsi vitamin D itu baik, maka meningkatkan dosis akan lebih baik,” Dr JoAnne Elizabeth Manson, profesor kedokteran di Harvard Medical School yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

“Anggapan itu tidak benar dan meskipun penting untuk menghindari kekurangan vitamin D, juga sangat penting untuk menghindari dosis berlebih. Faktanya, dosis berlebih dikaitkan dengan bahaya,” kata Manson seperti dilansir dari Medical News Today, Rabu (13/7/2022).

Meskipun studi ini mendokumentasikan kasus ekstrem, Direktur di Center of Clinical & Translational Research di Maine Medical Research Institute, Dr Clifford J Rosen yang juga tidak terlibat dalam penelitian, mengatakan bahwa konsumsi vitamin D secara berlebih bisa menyebabkan masalah kesehatan yang signifikan.

“Pesan penting dari studi ini adalah untuk menunjukkan kepada orang-orang bahwa konsumsi vitamin D bisa menyebabkan toksisitas yang signifikan bahkan untuk individu yang sehat,” jelas Dr Clifford J Rosen.

Bahkan setelah pria itu menghentikan suplemen, gejalanya tetap ada, menunjukkan kemungkinan kerusakan permanen. Laporan yang diterbitkan dalam BMJ Case Reports mencatat, pria itu telah meminum lebih dari 20 resep bebas selama tiga bulan sebelum dia dirawat di rumah sakit.

Termasuk dalam rejimen hariannya, selain vitamin D, adalah vitamin K2 100 mg (kebutuhan harian 100–300 g); vitamin B9 (folat) 1000 mg (kebutuhan harian 400g); vitamin B2 (riboflavin), vitamin B6, omega-3 2000 mg dua kali sehari (kebutuhan harian 200–500 mg), bioaktif, zinc picolinate, vitamin B3, super-12 complex 1000 mg, l-lysine powder dengan NAC (N-asetil sistein), wobenzym N, astaxanthin softgel, magnesium malate, magnesium citrate, pure taurine, glycine powder, high-strength choline (+inositol), calcium orotate, probiotik, glukosamid dan kompleks kondroitin, dan natrium klorida..

Tes darah awal mengungkapkan bahwa pasien menunjukkan kadar vitamin D serum lebih dari 400 mmol/L, yang berarti ia memiliki 8 kali jumlah vitamin D yang direkomendasikan dalam darahnya.

Pria itu juga memiliki riwayat panjang masalah medis, termasuk spinal tuberculosis, neuroma akustik (tumor otak jinak) dengan gangguan pendengaran, hidrosefalus, meningitis dan rinosinusitis kronis.

Ahli gizi Kristin Kirkpatrick, yang tidak terlibat dalam laporan tersebut dan tidak berkonsultasi dengan subjeknya, menyarankan pendekatan yang lebih terukur untuk suplementasi vitamin D untuk pasiennya.

“Saya merekomendasikan semua pasien saya untuk mengukur kebutuhan vitamin D mereka terlebih dahulu. Itu bisa didapat setelah berkonsultasi dengan dokter,” kata dia.

Vitamin D memang begitu penting bagi kesehatan tubuh. Vitamin D bermanfaat untuk kesehatan tulang, mendukung kelenjar paratiroid hingga meningkatkan kekebalan tubuh. Dosis moderat vitamin D (2000 IU) setiap hari juga menurunkan risiko penyakit autoimun.

Sementara itu, kekurangan vitamin D juga bisa bermasalah bagi kesehatan tubuh. Kirkpatrick berkata bahwa kekurangan vitamin D terkait dengan peningkatan risiko depresi dan peradangan.

“Peradangan adalah dasar dari semua penyakit kronis, termasuk memburuknya hasil kesehatan mental, dan penelitian menunjukkan bahwa memiliki kadar vitamin D yang rendah dapat memperburuk peradangan,” kata Kirkpatrick.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement