Oleh : Friska Yolandha, Jurnalis Republika.co.id
REPUBLIKA.CO.ID, Akhir pekan kemarin, sejumlah peristiwa terjadi di kancah global. Di Sri Lanka, warga menggeruduk istana Presiden Gotabaya Rajapaksa setelah krisis ekonomi yang berkepanjangan. Masyarakat kesulitan mendapatkan bahan bakar untuk kehidupan sehari-hari.
Di Inggris, Perdana Menteri Boris Johnson akhirnya mengundurkan diri setelah sejumlah skandalnya terkuak. Puluhan menteri di bawah pimpinannya mengundurkan diri lebih dulu, sebagai bentuk kekecewaan.
Seorang laki-laki di Jepang menembakkan peluru ke mantan Perdana Menteri Shinzo Abe saat tengah melakukan orasi. Ia mengaku kecewa karena Abe menjadi penyebab kebangkrutan ibunya.
Ketiga peristiwa yang terjadi secara berurutan itu menunjukkan bagaimana besarnya kekecewaan rakyat akan pemimpinnya. Meskipun, untuk kasus terakhir, tidak bisa dibenarkan. Seorang pemimpin sejatinya harus mendahulukan kepentingan rakyatnya alih-alih kepentingan partai, apalagi diri sendiri.
Krisis ekonomi berkepanjangan menyebabkan Sri Lanka kesulitan memenuhi kebutuhannya. Pandemi Covid-19 menjadi salah satu biang krisis, ditambah pengelolaan keuangan negara yang tidak baik.
Baca juga : Jadi Calon Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak Unggul di Putaran 2 Pemungutan Suara
Seperti diketahui, Sri Lanka sangat bergantung pada sektor pariwisata. Sehingga, saat pandemi melanda, ekonomi Sri Lanka pun ambruk. Ditambah, pemerintahnya membangun proyek-proyek yang dinilai tidak strategis bagi perekonomian. Hal ini memperburuk alokasi keuangan Sri Lanka.
Double combo tersebut membuat Sri Lanka kehabisan valuta asing sehingga tidak dapat mengimpor barang pokok seperti bahan bakar, pangan, dan obat-obatan. Puncaknya, Presiden Rajapaksa diminta mundur.
Ribuan orang mendatangi kediaman Rajapaksa dan tidak akan keluar dari sana sampai presiden tersebut menyatakan mundur. Pada Senin (11/7/2022), Rajapaksa mengatakan akan mundur dari jabatannya.
Kekecewaan serupa juga mendorong Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mundur dari jabatannya. Rangkaian skandal membuatnya terpaksa melepaskan kedudukan tinggi dalam pemerintahan tersebut.
Dilansir BBC, mundurnya Johnson terjadi setelah skandal pelecehan seksual seorang anggota parlemen terkuak. Sebelumnya, Johnson juga menghadapi mosi tidak percaya di parlemen meskipun pada akhirnya dia menang. Akan tetapi, hampir setengah anggota dari Partai Konservatif, partainya, menentang Johnson.
Baca juga : 45 Negara Sepakat Bantu Investigasi Bukti Kejahatan Perang Rusia
Johnson menyusul hampir 50 anggota eksekutif yang lebih dulu mundur. Yang pertama mundur adalah Menteri Keuangan Rishi Sunak dan Menteri Kesehatan Sajid Javid. Keduanya mengaku kecewa dengan sikap Johnson terkait tuduhan pelecehan seksual anggota parlemen dari partainya.
Pengunduran diri dua menteri itu pun disusul oleh puluhan lainnya. Mereka menilai, Inggris pantas mendapatkan pemimpin yang lebih baik, serius, dan kompeten.
Pada Jumat (8/7/2022), Abe ditembak selama pidato kampanye pemilihan di kota barat Nara. Dia meninggal akibat luka-luka beberapa jam setelah penembakan.
Polisi mengidentifikasi pelaku penembak Abe sebagai Tetsuya Yamagami (41 tahun). Ia adalah seorang mantan militer yang saat ini menjadi pengangguran. Dia mengaku menargetkan Abe karena dendam.
Yamagami percaya Abe telah mempromosikan sebuah kelompok agama yang diikuti oleh ibunya. Yamagami mengatakan ibunya bangkrut setelah memberikan sumbangan besar kepada kelompok agama tersebut.
Shinzo Abe merupakan mantan perdana menteri terlama di Jepang. Dia terkenal karena kebijakan luar negerinya dan strategi ekonomi yang disebut Abenomics.
Baca juga : Diminta Mundur Rakyat, Presiden Sri Lanka Justru ke Singapura
Sebagai pemimpin Partai Demokrat Liberal (LDP), dia meraih kemenangan dua kali. Tugas pertamanya sebagai perdana menteri berlangsung singkat, kurang lebih satu tahun. Namun, dia kembali terpilih menjadi perdana menteri pada tahun 2012. Dia menjabat hingga tahun 2020 lalu mengundurkan diri karena alasan kesehatan.
Saat mulai masa jabatan keduanya, Jepang berada dalam resesi. Kehadiran dia membangkitkan kondisi Jepang yang saat itu terpuruk. Kebijakannya dimulai dengan penerapan pelonggaran moneter, stimulus fiskal, dan reformasi struktur ekonomi.
Untuk kisah terakhir ini tampaknya sedikit berbeda dengan dua kasus sebelumnya. Kemarahan Yamagami lebih ke dendam pribadi alih-alih kekecewaan terhadap pemerintah.
Namun demikian, tidaklah elok bagi pemimpin untuk mengecewakan rakyatnya. Pemimpin dipilih karena mereka dinilai mampu membawa negara menjadi lebih baik dan masyarakat menjadi lebih makmur. Akan tetapi, bukan makmur yang didapat, tapi justru menderita.
Pemilihan umum di Indonesia masih dua tahun lagi. Akan tetapi, sudah terlihat beberapa tokoh mulai kampanye tipis-tipis. Kita sebagai rakyat hendaknya mulai melihat dan memilah pemimpin mana yang sepantasnya dipilih. Yang sama-sama ingin membangun negeri, tak cuma istana sendiri.
Baca juga : PM Jepang Desak Kepolisian Perbaiki Kesalahan Dalam Pengamanan Shinzo Abe