Ahad 17 Jul 2022 14:48 WIB

Psikolog: Orang Tua Perlu Menjadi Teladan Utama Bagi Anak

Keteladanan orang tua diperlukan dalam mendidik dan memperkuat karakter anak.

Orang tua bersama anak mengunjungi sebuah PAUD (ilustrasi)
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Orang tua bersama anak mengunjungi sebuah PAUD (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog keluarga Ketty Murtini, S.Psi, mengatakan orang tua perlu menjadi teladan bagi anak-anak mereka agar dapat mendukung pembentukan karakter positif pada diri sang buah hati. "Keteladanan orang tua diperlukan dalam mendidik dan memperkuat karakter anak, karena peran keluarga khususnya orang tua sangat berpengaruh pada proses tumbuh kembang anak," katanya ketika dihubungi dari Jakarta, Ahad (17/7/2022).

Psikolog dari himpunan psikologi Indonesia (Himpsi) Jawa Tengah cabang Barlingmascakeb itu menambahkanorang tua perlu terus mengolah kemampuan diri agar bisa menjadi figur atau teladan saat anak pertama kali belajar bersikap dan berperilaku. "Agar bisa menjadi teladan, maka orang tua harus berperilaku baik serta penuh cinta kasih sayang yang terwujud dalam sikap dan keseharian mereka. Cinta kasih yang bisa dirasakan anak dan seluruh anggota keluarga," katanya.

Baca Juga

Ketty Murtini juga mengatakan bahwa keteladanan orang tua lebih bermakna dibandingkan dengan nasihat dalam bentuk kata-kata. "Jangan sampai karena sikap dan perilaku orang tua yang kurang tepat, maka anak kemudian mencari figur atau teladan lain di luar rumah yang bisa saja tidak sesuai dengan harapan keluarga," katanya.

Terkait dengan hal tersebut, dia juga mengatakan bahwa Hari Anak Nasional (HAN) yang diperingati setiap tanggal 23 Juli merupakan momentum yang tepat untuk mengingatkan lagi pentingnya keteladanan orang tua dalam mendukung tumbuh kembang anak. "Hari Anak Nasional tahun 2022 ini menjadi momentum yang tepat untuk meningkatkan dan mengintensifkan lagi pola asuh yang positif di tengah keluarga melalui keteladanan dari orang tua," katanya.

Selain itu, dia juga mengingatkan bahwa HAN 2022 merupakan momentum yang tepat untuk meningkatkan interaksi dan komunikasi antara orang tua dengan anak. "Wujud cinta sederhana yang bisa dirasakan seorang anak adalah kehadiran orang tuanya, karena kehadiran orang tua lebih bermakna bagi seorang anak dibandingkan pemberian materi dan fasilitas," katanya.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement