REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Foto-foto yang dirilis telekop James Webb (JWST) memberi kesempatan kita untuk melihat galaksi-galaksi jauh yang redup seperti yang terjadi lebih dari 13 miliar tahun yang lalu. Gambar-gambar ini juga mengangkat poin menarik tentang bagaimana faktor perluasan alam semesta menjadi cara kita menghitung jarak pada skala kosmologis.
Melihat ke masa lalu mungkin terdengar seperti konsep yang aneh. Namun, itulah yang dilakukan para peneliti luar angkasa setiap hari. Dilansir dari Sciencealert, Selasa (20/7/2022), alam semesta kita terikat oleh aturan fisika. Salah satu ‘aturan’ yang paling terkenal adalah kecepatan cahaya.
Ketika berbicara tentang ‘cahaya’, sebenarnya mengacu pada semua panjang gelombang di seluruh spektrum elektromagnetik, yang bergerak dengan kecepatan sekitar 300 ribu kilometer (sekitar 186.400 mil) per detik.
Cahaya bergerak sangat cepat sehingga dalam kehidupan kita sehari-hari, cahaya tampak seketika. Bahkan pada kecepatan yang sangat tinggi ini, masih perlu waktu untuk melakukan perjalanan ke mana saja melintasi kosmos.
Ketika Anda melihat Bulan, Anda benar-benar melihatnya seperti 1,3 detik yang lalu. Ini hanya sedikit mengintip ke masa lalu, tapi itu masih masa lalu. Sama halnya dengan sinar matahari, kecuali foton (partikel cahaya) yang dipancarkan dari permukaan Matahari bergerak lebih dari delapan menit sebelum akhirnya mencapai Bumi.
Galaksi kita, Bima Sakti, membentang 100.000 tahun cahaya. Bintang-bintang cantik yang baru lahir yang terlihat dalam gambar Carina Nebula JWST berjarak 7.500 tahun cahaya.
Nebula ini seperti yang digambarkan dari waktu sekitar 2.000 tahun lebih awal daripada ketika tulisan pertama diperkirakan telah ditemukan di Mesopotamia kuno. Setiap kita melihat jauh dari Bumi, kita melihat kembali ke masa lalu seperti dulu. Ini adalah kekuatan super bagi para astronom karena kita dapat menggunakan cahaya, seperti yang diamati sepanjang waktu, untuk mencoba memecahkan misteri alam semesta.