REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rata-rata orang dewasa menguap sekitar 20 kali sehari sebagai respons kelelahan, rasa kantuk, atau bahkan karena mengikuti orang di sebelahnya menguap. Fakta bahwa menguap bisa menular memang menarik, tapi juga kompleks.
Apalagi, beberapa ahli meyakini menguap bisa ditularkan ke anjing dan kucing serta lewat sambungan telepon. Dilansir USA Today, Kamis (21/7/2022), penelitian menunjukkan bahwa kita sering menguap untuk meningkatkan kewaspadaan atau gairah kortikal dan kadang-kadang karena peningkatan suhu otak.
Jadi secara ilmiah, menguap dilakukan untuk menyegarkan dan mendinginkan otak. Lalu apa alasan menguap bisa menular?
Ada beberapa hipotesis berbeda yang ada tentang ini. Salah satunya disebabkan fenomena echopraxia, di mana seseorang melihat perilaku tertentu dan jika mereka peka terhadapnya, akan menirunya. Ini dimungkinkan oleh neuron cermin di otak.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa itu adalah bentuk evolusi dari perilaku kelompok yang disinkronkan. Menguap yang menular juga bisa menjadi alat untuk meningkatkan kewaspadaan.
Karena menguap dapat memicu kewaspadaan, kita mungkin berevolusi untuk menggunakan satu sama lain sebagai indikator kapan kita sendiri harus menguap untuk memicu otak yang lebih waspada. Ketika orang lain menguap, kita juga menjadi lebih sensitif terhadap keadaan fisiologis diri sendiri.
Mungkin kita lelah dan kita tidak mengetahuinya sampai orang lain menguap. Penelitian juga menunjukkan menguap bisa menular melalui telepon. Itu terjadi jika seseorang menguap disertai efek suara seperti "Aah", yang mana ketika lawan bicara mendengarnya melalui gelombang udara, itu bisa menjadi pemicu menguap.