Jumat 22 Jul 2022 14:37 WIB

Ilmuwan Pelajari Cara Gajah Menghindari Kanker Meski Bertubuh Besar

Temuan cara gajah bisa menghindari kanker bisa dikembangkan untuk pengobatan.

Rep: Santi Sopia/ Red: Nora Azizah
Temuan cara gajah bisa menghindari kanker bisa dikembangkan untuk pengobatan.
Foto: ANTARA/Yudhie
Temuan cara gajah bisa menghindari kanker bisa dikembangkan untuk pengobatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi baru yang menarik dari tim ilmuwan internasional menjelaskan fenomena tentang hubungan antara gajah, salah satu hewan terbesar di planet ini, dan risiko kanker yang rendah. Penelitian menemukan mamalia luar biasa ini membawa varian genetik unik yang mengurangi risiko tumor.

Temuan ini juga dinilai dapat membantu mengembangkan terapi kanker baru untuk manusia. Ketika suatu organisme tumbuh lebih tua dan sel-selnya terus bereplikasi, kemungkinan mutasi kanker meningkat. 

Baca Juga

Dari meneliti manusia dengan postur lebih tinggi hingga hewan yang lebih besar, risiko kanker telah ditemukan berkorelasi positif dengan ukuran tubuh. Tetapi karena bukti yang minim, hal itu pun kerap disebut senagai "Peto's Paradox". 

Ahli epidemiologi Richard Peto, menemukan tingkat karsinogenesis per sel tidak konsisten antar spesies. Faktanya, pada beberapa spesies yang lebih besar seperti paus dan gajah, hanya ada sedikit bukti kanker, meskipun tubuh mereka cenderung besar dan juga berumur panjang.

Kendati secara umum dipahami bahwa setiap spesies telah mengembangkan kemampuan uniknya sendiri untuk menekan kanker, gajah menjadi perhatian khusus bagi para peneliti. Hewan-hewan ini punya rentang hidup yang mirip dengan manusia.

Diperkirakan hanya lima persen gajah yang akhirnya mati karena kanker, dibandingkan dengan 25 persen manusia. Sebuah studi penting beberapa tahun lalu menemukan salah satu cara utama bagaimana gajak menghindari kanker.

Gajah memiliki 20 salinan berbeda dari gen penekan tumor yang dikenal sebagai p53. Gen ini mengkodekan protein, juga dikenal sebagai p53, berfungsi sebagai pelindung sel yang penting. 

Protein ini bertindak seperti penjaga yang tugasnya menghentikan pembelahan sel ketika mendeteksi kerusakan atau mutasi DNA. Ketika gen p53 tidak bekerja dengan baik, sel-sel yang rusak dapat berkembang biak dan jaringan kanker menumpuk. Penelitian baru ini bertujuan untuk memeriksa dengan tepat bagaimana variasi gen p53 pada gajah dapat menekan kanker.

“Studi yang rumit dan menarik ini menunjukkan betapa lebih banyak gajah daripada ukuran yang mengesankan dan betapa pentingnya kita tidak hanya melestarikan tetapi juga mempelajari hewan-hewan khas ini secara detail,” jelas rekan penulis studi Fritz Vollarth, dari University of Oxford, seperti dilansir dari New Atlas, Jumat (22/7/2022).

Pada manusia, karena hanya memiliki satu salinan gen p53, tidak perlu banyak MDM2 untuk mengambil alih dan memungkinkan sel kanker untuk bereplikasi. Tetapi pada gajah, protein p53 mengambil belasan bentuk molekul yang berbeda, menghindari inaktivasi oleh MDM2, dan menghentikan replikasi lebih banyak sel kanker.

"Ini adalah perkembangan yang menarik untuk pemahaman kita tentang bagaimana p53 berkontribusi untuk mencegah perkembangan kanker," kata rekan penulis studi Robin Fåhraeus.

Studi baru ini menyajikan wawasan baru yang mengesankan tentang mekanisme yang dikembangkan oleh gajah untuk menghindari kanker. Selain menunjukkan bagaimana mamalia besar ini menyebarkan molekul p53 yang berbeda untuk menekan pertumbuhan sel kanker, penelitian membantu menyelesaikan Paradoks Peto.

Studi menegaskan gajah memang memiliki lebih banyak cara untuk menghindari kanker dibandingkan dengan organisme yang lebih kecil. Di luar wawasan akademis ini, ada juga kemungkinan hasil klinis manusia dari penelitian baru ini.

Dengan menyoroti lusinan cara baru molekul p53 dapat diaktifkan, para peneliti kini disajikan dengan sejumlah jalur baru untuk terapi kanker yang ditargetkan pada manusia. Studi baru ini diterbitkan dalam jurnal Molecular Biology and Evolution.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement