REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi jantung memainkan peran penting dalam risiko demensia yang bisa diidap seseorang. Menurut sebuah studi baru yang diterbitkan di The Lancet pada Juni 2022, orang dengan kondisi jantung tertentu tiga kali lebih mungkin mengembangkan demensia daripada mereka yang memiliki risiko genetik tinggi.
Studi skala besar melihat data kesehatan dan genetik lebih dari 200 ribu orang berusia 60 tahun dan yang lebih tua tanpa gejala demensia sebelumnya. Kondisi para peserta ditinjau selama lebih dari 15 tahun. Para peneliti mengamati bahwa mereka yang didiagnosis dengan kondisi kardiovaskular atau kombinasinya mengalami peningkatan risiko demensia.
"Analisis utama kami mencakup serangan jantung, diabetes, dan stroke. Ketiganya terkait dengan kesehatan jantung. Kami juga memeriksa gagal jantung dan menemukan hasil yang serupa," ungkap penulis utama studi, Xin You Tai, sekaligus spesialis neurologi di Nuffield Department of Clinical Neurosciences.
Cukup banyak faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit jantung juga merupakan faktor risiko perkembangan demensia. Riwayat serangan jantung sebelumnya pun merupakan faktor risiko independen untuk perkembangan demensia. Artinya, jantung dan otak sangat terkait.
Menurut Mayo Clinic, beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang dengan riwayat serangan jantung memiliki risiko lebih besar terkena demensia vaskular. Kondisi itu ditandai dengan perubahan memori, pemikiran, dan perilaku akibat berkurangnya aliran darah ke otak.
Riwayat stroke juga disinyalir sebagai faktor lain yang membuat risiko demensia meroket. Xin You Tai menjelaskan, ketika seseorang mengalami stroke, aliran darah dan sirkulasi di sekitar otak terpengaruh dan oksigen tidak tersuplai sebagaimana mestinya.
Studi terpisah pada 2017 yang diterbitkan di Neurology International menemukan bahwa risiko demensia vaskular paling tinggi tampak pada pasien stroke dengan fibrilasi atrium. Istilah itu merujuk pada detak jantung yang tidak teratur (dan biasanya cepat) yang dapat menyebabkan pembekuan darah di jantung.
National Institutes of Health (NIH) menyampaikan bahwa faktor risiko fibrilasi atrium termasuk usia lanjut, tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan paru-paru, penyakit jantung bawaan, dan konsumsi alkohol yang tinggi. Risiko stroke dan masalah otak bisa dilakukan dengan membuat perubahan gaya hidup sehat yang mencegah tekanan darah tinggi, diabetes, kolesterol tinggi, dan obesitas.
Mengelola diabetes juga bermanfaat bagi kesehatan jantung dan otak. Berdasarkan informasi dari NIH, kadar gula darah tinggi akibat diabetes dapat merusak pembuluh darah dan saraf yang mengontrol jantung dan pembuluh darah. Seiring waktu, kerusakan ini dapat menyebabkan penyakit jantung, menempatkan dalam bahaya demensia.
Untungnya, seseorang dapat mengambil langkah-langkah untuk melindungi jantung sekaligus mencegah demensia. Caranya, berolahraga secara teratur, makan makanan sehat, mengelola stres, cukup tidur, dan memantau faktor risiko seperti tekanan darah, gula darah, dan kolesterol.
Direktur keterlibatan ilmiah di Asosiasi Alzheimer, Percy Griffin, berpendapat bahwa pembicaraan tentang manajemen kesehatan jantung adalah sesuatu yang harus dilakukan setiap orang dengan dokter masing-masing. "Meningkatkan kesehatan jantung penting untuk menjaga kesehatan otak seiring bertambahnya usia," ujar Griffin, dikutip dari laman Best Life Online, Rabu (27/7/2022).