PSDM: Amal Usaha Digital yang Dinanti
Pengajian Ramadhan 1442 H Pimpinan Pusat Muhammadiyah menghadirkan banyak pembicara hebat. Beberapa diantaranya adalah pembicara sekaligus peneliti dari luar negeri, yang dengan hasil penelitiannya mereka memuji kehebatan persyarikatan Muhammadiyah ini. Kehebatan Muhammadiyah tidak hanya mereka sampaikan bagi kalangan Muhammadiyah atau umat Islam Indonesia secara khusus, melainkan para peneliti ini menyampaikannya juga pada forum-forum internasional.
Salah satunya adalah Prof Hyung-Jun Kim Guru Besar Antropologi Kangwon National University Korea Selatan. Dirinya mengaku takjub dengan semangat para aktivis yang telah berkhidmat dengan ikhlas di Muhammadiyah. Menurutnya, semangat itulah alasan mengapa kian hari jumlah amal usaha menunjukan peningkatan.
Namun, Kim juga memberi catatan kepada kader dan aktivis Persyarikatan, agar bagaimana kabar baik, kiprah, dan perjuangan organisasi ini semakin didengar oleh masyarakat luas, bahkan masyarakat dunia.
Beberapa tahun lalu, catatan serupa pernah Kim sampaikan kepada Suara Muhammadiyah, saat ia sedang berkunjung ke Grha Suara Muhammadiyah. Ia mengatakan, bahwa Suara Muhammadiyah perlu menyebarkan informasi Persyarikatan ke dunia luas dengan lebih banyak lagi menerbitkan tulisan dalam beberapa bahasa. Setidaknya dalam bahasa Inggris, Arab, dan Mandarin. Termasuk ia juga mengatakan, di era 4.0 ini, keberadaan influencer sangat penting bagi keberlangsungan Muhammadiyah ke depan.
“Saya belum begitu tahu apakah ada selebriti yang di YouTube dari kalangan Muhammadiyah? Tapi saya kira belum ada yang terkenal,” tanya Kim.
Menurut Kim, ada dua hal yang perlu ditempuh Muhammadiyah di era digital ini. yaitu, menggeser budaya organisasi agar lebih gencar dalam dunia digital. Dan atau membangun amal usaha digital yang khusus mengurusi influencer Muhammadiyah. Jadi fungsi dari amal usaha ini adalah melahirkan influencer, youtuber, konten kreator dan sebagainya, guna menyerap followers dan menyerap perhatian netizen.
Sebelum itu, pada Pengajian Ramadhan jauh sebelum pandemi, Irfan Amalee Divisi Pustaka dan Penerbitan MPI (Majelis Pustaka dan Informasi) PP Muhammadiyah menyarankan agar Muhammadiyah segera mengejar ketertinggalanya di dunia digital, terutama kaitannya dangan big data. Karena menurutnya, di masa yang akan datang, big data akan lebih berharga dibanding bangunan fisik.
“Jika dibandingkan dengan aset non fisik dalam hal ini adalah big data, tentu aset fisik milik Muhammadiyah tersebut menjadi tidak penting dan tidak berarti apa-apa di masa yang akan datang,” terang Irfan.
Pendemi, sebagaimana sekarang yang sedang terjadi, sudah memaksa langkah Muhammadiyah untuk mempercepat diri menyelami medan dakwah digital. Amal usaha Muhammadiyah bidang pendidikan, mulai dari PAUD, SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi sudah berbondong-bondong menyiapkan platform digital untuk menunjang pembelajaran masa depan. Bahkan kelas-kelas sudah disulap menjadi studio digital. Semoga ini pertanda bahwa sebentar lagi Muhammadiyah akan menelurkan influencer, youtuber, denga followers (umat) jutaan sekaligus cikal bakal lahirnya amal usaha digital. (gsh).
Sumber: Majalah SM Edisi 10 Tahun 2021