Sabtu 30 Jul 2022 12:35 WIB

Cebong-Kadrun dan Gerakan Para Begawan Politik

Para tokoh nasional harus menghentikan perpecahan bangsa.

Red: Joko Sadewo
Joko Widodo alias Jokowi (kedua kiri) didampingi Jusuf Kalla (kedua kanan), Megawati Sukarnoputri (kiri) serta Surya Paloh (kanan)
Foto: Agung Supriyanto/Republika
Joko Widodo alias Jokowi (kedua kiri) didampingi Jusuf Kalla (kedua kanan), Megawati Sukarnoputri (kiri) serta Surya Paloh (kanan)

Oleh : Priyo Budi Santoso, Wakil Ketua DPR periode 2009-2014, Pendiri Pridem Institute

REPUBLIKA.CO.ID, Baru-baru ini, publik tersentak atas pidato orasi tokoh nasional Surya Paloh, saat menerima gelar Doktor (HC) di Universitas Brawijaya Malang. Saya

salut atas orasi yang hebat dan inspiratif ini, tentang warning bahayanya perpecahan bangsa. Nampaknya bang Surya Paloh sedang membangunkan pikiran berpolitik yang selama ini tertidur dari iklim politik ‘ora mikir’ dan ‘telat mikir’ yang abai terhadap bahaya perpecahan. Ini adalah orasi tingkat “begawan politik”, yang disampaikan pada waktu dan momentum yang tepat, yaitu saat kita mau memasuki tahun politik (pilpres dan pileg) yang menentukan arah masa depan demokrasi kita.

Hari-hari ini masih banyak pekerjaan rumah (PR) besar yang menggelantung dan belum dituntaskan bangsa ini. PR besar itu adalah potensi perpecahan bangsa dan gesekan sosial yang rawan yang sewaktu-waktu bisa meledak. Ini adalah bahaya laten yang jelas-jelas masih bersemai mengancam keberlangsungan kita sebagai sebuah keluarga bangsa.

Nilai-nilai kekeluargaan, gotong-royong, tepo-sliro, keramahtamahan, keadaban dan nilai luhur lainnya berasa semakin hilang di keseharian masyarakat politik dan sosial kita. Bangsa ini seolah telah berubah menjadi bangsa pemarah, dengki, fitnah, adu domba, saling gugat, sumpah serapah.