REPUBLIKA.CO.ID, SITUBONDO -- Pengabdian Masyarakat Universitas Brawijaya (Unibraw) melalui program Doktor Mengabdi 2022 mengembangkan peternakan burung puyuh di wilayah Baluran, tepatnya Desa Karangtekok, dengan konsep homeyard farming (peternakan rumah tangga atau peternakan unggas di halaman rumah). Program itu mengusung tema Peningkatan Kesejahteraan Peternak Melalui Diversifikasi Komoditas Dan Usaha Ternak Puyuh Dari Hulu Ke Hilir di Wilayah Buffer Zone Taman Nasional Baluran. Program ini dinilai penting dilakukan sebelum pengaplikasian sebuah program pemberdayaan.
Kegatan Doktor Mengabdi 2022 tersebut dikoordinir oleh Dr Irfan H Djunaidi MSc, dengan anggota Dr Siti Azizah MCommun, Dr Emma Yunita Titisari MT dan Dr Siti Hamidah MH. Irfan menyebutkan, paling tidak ada lima keungulan program homeyard farming.
“Yakni, investasi awal yang rendah tetapi pengembalian ekonomi yang lebih tinggi; satu unit dimulai dengan dua ekor unggas hingga satu populasi besar; biaya pakan rendah karena memanfaatkan produk sampingan pertanian dan sisa pakan dan biji-bijian; telur dan unggas dapat dijual di pasar lokal dengan harga tinggi; meningkatkan pemenuhan kebutuhan protein hewani keluarga terutama perempuan dan anak-anak; dan meningkatkan pendapatan keluarga dan dapat memanfaatkan tenaga kerja keluarga yang tidak mampu melakukan pekerjaan pertanian lainnya seperti anggota keluarga tua atau anak-anak,” papar Irfan dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (29/7/2022).
Selain itu, tambah Irfan, peternakan unggas di halaman rumah dapat menyesuaikan dengan kebutuhan keluarga. Ayam dan telur dapat dijual kapan saja, di mana saja dengan uang tunai dan berpotensi sebagai peternakan organik karena puyuh dipelihara dengan input alami. “Tujuan dari pengabdian masyarakat ini agar program yang dilakukan tepat sasaran dan menjamin keberlanjutan program tersebut. Diharapkan dalam jangka panjang peternak tidak lagi menggantungkan pendapatan dari kegiatan penggembalaan sapi potong yang kemungkinan dapat mengganggu zona konservasi Taman Nasional Baluran dan mendapatkan alternatif tambahan ekonomi dari komoditas ternak yang lain,” ujarnya.
Lebih jauh Irfan menjelaskan, Desa Karangtekok adalah daerah penyangga (buffer zone) Taman Nasional (TN) Baluran, Situbondo, Jawa Timur, yang berperan sangat penting bagi kelestarian taman nasional. Mayoritas penduduknya adalah peternak sapi potong yang menggembalakan ternaknya secara ekstensif dan telah lama menjadi permasalahan bagi banyak pihak karena penggembalaan liar yang telah memasuki daerah konservasi.
“Dampak dari penggembalaan ekstensif ini secara sosial dan ekologis sangat merugikan. Keterlibatan anggota keluarga peternak di sekitar hutan telah diakui keberadaannya, tetapi keterlibatan tersebut tidak berhasil meningkatkan kesejahteraan mereka. Keberadaan anggota keluarga miskin tidak banyak memiliki akses ke lahan dan tanaman sehingga membatasi kemampuan dan minat mereka untuk menanam atau mengelola tanaman karena tidak adanya otoritas pengambilan keputusan atau akses jangka panjang. Homeyard farming merupakan tren alternatif usaha untuk memperbaiki nutrisi dan pendapatan keluarga,” ujarnya.
Pemanfaatan pekarangan adalah upaya meningkatkan pemasukan masyarakat dengan menyediakan makanan, bahan bangunan, obat-obatan dan ternyata berkontribusi nyata pada pendapatan kotor tahunan rumah tangga. “Pengembangan program homeyard farming ini jika dipadukan dengan usaha pemberdayaan keluarga peternak di sekitar kawasan hutan maka akan diperoleh beberapa manfaat sekaligus,” kata dia.
Ia menjelaskan, ternak puyuh dipilih sebagai ternak yang akan dibudidayakan dalam program homeyard farming bagi perempuan tani di Desa Karangtekok karena beberapa kelebihan. Modal, luas lahan dan tenaga kerja tidak banyak dibutuhkan sehingga mudah dikelola oleh anggota keluarga peternak (istri dan anak) sebagai usaha sambilan. Selain itu bisnis telur puyuh sangat menjanjikan karena dapat dibuat berbagai produk makanan olahan. Misalnya telur rebus puyuh, telur sate puyuh, pentol telur puyuh, dan bisa menambah nutrisi keluarga terutama anak-anak.
Selain itu baik telur maupun daging puyuh cukup digemari masyarakat sehingga memudahkan dalam pemasaran produk dari budidaya puyuh di pekarangan. “Kandang puyuh tidak membutuhkan lahan yang luas, sehingga cocok untuk skala rumahan dengan konsep homeyard farming dengan produktifitas yang cukup tinggi,” ujarnya.