Selasa 02 Aug 2022 20:42 WIB

Cegah Tertular Monkeypox, Ini Saran Dokter Spesialis Kulit

Sampai saat ini, belum terdapat kasus konfirmasi infeksi Monkeypox di Indonesia.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Andri Saubani
Cacar monyet atau monkeypox. Ilustrasi
Foto: Pixabay
Cacar monyet atau monkeypox. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, kemunculan infeksi cacar monyet atau Monkeypox dilaporkan oleh beberapa negara tanpa riwayat endemi sebelumnya. Sejak awal Mei 2022, beberapa negara melaporkan kasus Monkeypox yang terjadi pada pasien tanpa riwayat bepergian ke daerah Afrika Barat atau Afrika Tengah, daerah di mana terjadi endemi virus Monkeypox.

Sampai saat ini, belum terdapat kasus konfirmasi infeksi Monkeypox di Indonesia. Namun, pemerintah, tenaga kesehatan dan masyarakat harus tetap waspada.

Baca Juga

Dokter spesialis kulit DR. dr. H. Prasetyadi Mawardi, Sp. KK (K) mengatakan, pentingnya menjaga dan kebersihan kulit maupun selaput lendir guna mencegah penularan penyakit Monkeypox atau cacar monyet. "Karena penularannya (monkeypox atau cacar monyet ini melalui kontak erat, maka terpenting adalah menjaga dan merawat kulit," ujarnya di Jakarta, Selasa (2/8/2022).

Perwakilan dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit Indonesia (PERDOSKI) itu mengatakan, kulit dan selaput lendir harus dijaga jangan sampai terluka atau lecet. Hal ini lantaran, jika terluka maka kulit akan cepet menimbulkan infeksi.

"Selama kita merawat kulit dengan baik selama tidak ada luka, tidak ada lecet di kulit atau selaput lendir kita, kemungkinan kontak dan menimbulkan infeksi relatif jarang terjadi. Kontak erat yang dapat menyebabkan infeksi adalah adanya mikro lesi yang ada di kulit atau selaput lendir," tuturnya.

Perihal kondisi darurat kesehatan global Monkeypox, Prasetyadi juga meminta masyarakat tidak perlu panik. Namun tetap waspada, dengan meningkatkat literasi dan edukasi terhadap Monkeypox ini.

 

Monkeypox, atau cacar monyet, adalah penyakit akibat virus yang ditularkan melalui binatang (zoonosis) dengan dua moda transmisi yakni transmisi hewan ke manusia dan transmisi manusia ke manusia. Transmisi virus Monkeypox dari hewan ke menusia dapat terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh hewan yang terinfeksi atau melalui gigitan.

Selain itu, kontak dengan daging mentah atau daging setengah matang dari binatang liar juga disebutkan dapat menyebabkan penularan virus Monkeypox. Transmisi manusia ke manusia dapat terjadi melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau lesi kulit pasien yang terinfeksi Monkeypox, kontak tidak langsung dengan media yang terkontaminasi virus Monkeypox seperti baju, kain, seprai dari pasien yang terinfeksi Monkeypox, dan kontak dengan droplet atau sekret pernapasan dari pasien yang terinfeksi Monkeypox.

Monkeypox pertama kali ditemukan pada tahun 1958 di Denmark, ketika terdapat dua kasus seperti cacar muncul pada koloni kera yang dipelihara untuk penelitian, sehingga cacar ini dinamakan Monkeypox. Penyakit ini mengenai manusia pertama kali diidentifikasi pada 1970 di Republik Demokratik Kongo dan menyebar secara sporadis di daerah Afrika Tengah dan Afrika Barat.

Wabah Monkeypox pernah dilaporkan pada negara non-endemis sebelumnya pada 2003, di mana didapatkan kasus Monkeypox pertama di luar Afrika, yakni di Amerika Serikat, yang menyebabkan lebih dari 70 kasus. Pada 2017, Nigeria mengalami wabah dengan perkiraan jumlah kasus yang terkonfirmasi sekitar 40 kasus.

Pada awal Mei 2022, WHO mendapatkan laporan kasus Monkeypox yang terjadi di negara non-endemis, terutama di Eropa dan Amerika Serikat. WHO telah menetapkan status darurat global untuk infeksi Cacar Monyet pada Juli 2022.

Hingga 29 Juli 2022, telah terdapat 76 negara yang melaporkan kejadian Monkeypox di seluruh dunia, dengan total kasus konfirmasi Monkeypox 22.485 kasus di seluruh dunia, dimana 22.141 kasus terjadi di negara non-endemis. Amerika Serikat mencatat angka kasus Monkeypox tertinggi yakni sebesar 4,906 kasus. Di ASEAN, hingga akhir JUli 2022, Singapura telah melaporkan 11 kasus konfirmasi, Thailand melaporkan dua kasus konfirmasi, dan Filipina melaporkan satu kasus konfirmasi.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement