Rabu 03 Aug 2022 18:59 WIB

Astronom Gambarkan Jaring Kelahiran Bintang dari Nebula Tarantula Kosmik

Berkat 30 Doradus, dapat dipelajari bagaimana bintang terbentuk 10 miliar tahun lalu.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Friska Yolandha
NASA membagikan pemandangan baru Nebula Tarantula. Gambar ini tampak seperti ombak di lautan melalui galaksi pendamping Bima Sakti, Awan Magellan Besar.
Foto: ESA/Hubble & NASA:
NASA membagikan pemandangan baru Nebula Tarantula. Gambar ini tampak seperti ombak di lautan melalui galaksi pendamping Bima Sakti, Awan Magellan Besar.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Gambar 30 Doradus yang baru dirilis, juga dikenal sebagai Nebula Tarantula, mengungkapkan untaian gas tipis seperti jaring laba-laba. Ini mengungkapkan pertempuran dramatis antara gravitasi dan energi bintang yang dapat memberi para astronom gambaran tentang bagaimana bintang masif telah wilayah pembentuk bintang ini dan mengapa mereka terus dilahirkan di dalam awan molekuler ini.

Gambar resolusi tinggi dari Nebula Tarantula, yang terletak 170.000 tahun cahaya dari Bumi terdiri dari data yang dikumpulkan oleh Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA). Terletak di Awan Magellan Besar, galaksi satelit Bima Sakti, Nebula Tarantula adalah salah satu daerah pembentuk bintang paling terang di halaman belakang galaksi kita. Ia juga salah satu yang paling aktif dalam hal melahirkan bintang baru, beberapa di antaranya memiliki massa lebih dari 150 kali massa matahari.

Baca Juga

Di jantung Awan Magellan Besar terletak pembibitan bintang yang telah melahirkan 800.000 bintang, setengah juta di antaranya adalah bintang panas, muda, dan masif. Hal ini membuat nebula menjadi target utama bagi para peneliti yang ingin mempelajari pembentukan bintang, dan memiliki sifat unik lainnya yang menjadikannya prospek yang menarik untuk studi penelitian.

“Apa yang membuat 30 Doradus unik adalah jaraknya yang cukup dekat bagi kita untuk mempelajari secara rinci bagaimana bintang terbentuk, namun sifatnya mirip dengan yang ditemukan di galaksi yang sangat jauh ketika Alam Semesta masih muda,” ilmuwan  Badan Antariksa Eropa (ESA) dan rekan penulis makalah yang menjelaskan pekerjaan itu, Guido De Marchi, mengatakan dalam pernyataan itu, dilansir dari Space, Selasa (2/8/2022).

“Berkat 30 Doradus, kita dapat mempelajari bagaimana bintang terbentuk 10 miliar tahun yang lalu, ketika sebagian besar bintang lahir.”

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement