Ahad 07 Aug 2022 06:21 WIB

Hanya 50 Persen Ibu Berikan ASI, Marketing Produk Ini Dituding Penyebabnya

ASI ditegaskan IDAI jauh lebih baik dibandingkan susu buatan pabrik.

Rep: Febryan A/ Red: Muhammad Hafil
 ASI ditegaskan IDAI jauh lebih baik dibandingkan susu buatan pabrik. Foto:  Susu formula (ilustrasi)
Foto: www.tanyadokteranda.com
ASI ditegaskan IDAI jauh lebih baik dibandingkan susu buatan pabrik. Foto: Susu formula (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Satuan Tugas Air Susu Ibu (ASI) pada Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut, susu formula adalah salah satu faktor penyebab rendahnya tingkat pemberian ASI kepada bayi di Tanah Air. Padahal, ASI jauh lebih baik dibandingkan susu buatan pabrik.

Ketua Satgas ASI IDAI dr Naomi Esthernita F Dewanto mengatakan, data Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) tahun 2021 menunjukkan bahwa hanya 50 persen bayi di Indonesia yang mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan pertama usai kelahiran. Adapun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menargetkan angka 70 persen. 

Baca Juga

Rendahnya tingkat pemberian ASI itu cukup menggelitik. Pasalnya, ASI berperan besar menentukan tumbuh kembang otak, fisik, dan kemampuan bayi melawan penyakit. 

"Kita tahu ASI itu paling baik, tapi kenapa tak bisa mencapai target?" kata Naomi dalam Seminar Media Dalam Rangka World Breastfeeding yang digelar IDAI secara daring, Sabtu (6/8/2022). 

Menurut Naomi, salah satu penyebabnya adalah karena orang tua semakin banyak memilih memberikan susu formula kepada si buah hatinya. Mereka meyakini susu formula lebih baik karena termakan pesan-pesan dalam iklan susu formula. 

"Ternyata marketing susu pengganti ASI ini punya dampak negatif pada praktik menyusui," kata Kepala Departemen Pediatri Universitas Tarumanegara itu. 

Jika dibandingkan, kata Naomi, jelas ASI jauh lebih baik dibandingkan susu formula. Sebab, susu formula hanya mengandung nutrisi. Sedangkan ASI mengandung nutrisi sekaligus zat anti infeksi dan zat pendorong pertumbuhan anak. 

Semakin banyaknya orang tua yang memberikan susu formula membuat produsennya untung besar. Naomi bilang, pada tahun 2014 saja, total penjualan susu formula secara global mencapai 45 miliar dolar Amerika Serikat. 

Masalah ini, ujar Naomi, sebenarnya sudah menjadi sorotan WHO. Dalam 7 agenda prioritas WHO terkait ASI, pembatasan susu formula jadi salah satu poin. WHO meminta pemerintah semua negara untuk membuat regulasi pengendalian pemasaran susu formula sesuai Kode Internasional Pemasaran Pengganti ASI. 

Kini, kata Naomi, baru 13 persen negara yang membuat undang-undang sesuai Kode Internasional Pemasaran Pengganti ASI. WHO menargetkan persentasenya naik menjadi 40 persen pada tahun 2030. 

Naomi menambahkan, rendahnya tingkat pemberian ASI di Indonesia juga dipengaruhi dua faktor lain. Pertama, rendahnya indeks kesehatan ibu hamil sehingga membuat banyak ibu yang meninggal dunia. Di sisi lain, rendahnya kesehatan ibu hamil ini juga membuat kesehatan anak buruk ketika lahir, yang pada akhirnya membuat anak kesulitan menyusu. 

Kedua, kurangnya dukungan, baik itu waktu maupun ruangan khusus, untuk ibu memberikan ASI ketika berada di fasilitas kesehatan, di tempat kerja, maupun di lingkungan keluarga. "Padahal si ibu untuk bisa memberikan ASI eksklusif, dia sangat butuh dukungan orang sekitar," ujarnya.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement