Ahad 07 Aug 2022 11:44 WIB

Dua Tes Kebugaran yang Bisa Prediksi Usia Harapan Hidup: Simpel Tapi tak Semua Mampu

Tes kebugaran sederhana diyakini dapat memprediksi usia harapan hidup seseorang.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Lansia duduk di lantai (Ilustrasi). Duduk di lantai dari posisi berdiri tanpa bantuan tangan, lengan, atau lutut menjadi salah satu bentuk tes kebugaran yang diklaim dapat memprediksi usia harapan hidup seseorang.
Foto: EPA-EFE/MICHAEL REYNOLDS
Lansia duduk di lantai (Ilustrasi). Duduk di lantai dari posisi berdiri tanpa bantuan tangan, lengan, atau lutut menjadi salah satu bentuk tes kebugaran yang diklaim dapat memprediksi usia harapan hidup seseorang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktif bergerak telah diketahui meningkatkan peluang untuk hidup lebih lama. Tidak hanya melatih sendi dan otot, olahraga juga membantu memperkuat organ vital, seperti jantung dan paru-paru.

Selain itu, ada satu tes kebugaran sederhana yang dapat memprediksi berapa lama kita akan hidup. Tes yang selama ini dikenal meluas adalah tes klasik yang menggunakan kursi.

Baca Juga

Bagaimana cara melakukannya? Untuk menjalani tes tersebut, seseorang harus mencoba berdiri dari posisi duduk di kursi.

Hal ini memungkinkan dokter untuk menilai kebugaran tubuh bagian bawah dan kekuatan kaki orang yang berusia lebih tua. Itu juga dapat mengungkapkan seberapa fleksibel seseorang dan seperti apa koordinasi tubuhnya.

Ada pula tes lain yang digagas oleh para peneliti dari Brasil dan telah diterbitkan dalam European Journal of Preventive Cardiology pada 2012. Tes kebugaran ini diklaim dapat memprediksi usia harapan hidup seseorang.

Untuk melakukan tes, orang perlu berada dalam posisi berdiri lalu langsung duduk di lantai tanpa bantuan tangan, lengan, atau lutut. Setelahnya, dia harus berdiri kembali tanpa menggunakan tangan, lengan, atau lutut untuk membantu posisinya.

Selama tes, masing-masing dari dua gerakan dasar peserta mendapat skor lima. Satu poin dikurangi jika menggunakan bantuan tangan, lengan, atau lutut.

Artinya, skor total subjek dari dua gerakan itu bisa merentang antara nol hingga 10. Menurut laporan, selama masa studi terhadap peserta ada 159 subjek yang meninggal dunia dan angka kematian tercatat sebesar 7,9 persen.

Sebagian besar kematian terjadi pada orang dengan nilai tes rendah. Hanya dua dari kematian terjadi pada subjek yang memperoleh skor gabungan 10.

 

Tim menjelaskan, skor tinggi dalam tes duduk-berdiri tersebut mungkin mencerminkan kapasitas untuk berhasil melakukan berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari. Misalnya, kemampuan lansia membungkuk untuk mengambil koran atau kacamata dari bawah meja.

Salah satu peneliti, Claudio Gil Araújo, menjelaskan bahwa kebugaran aerobik sangat terkait dengan kelangsungan hidup. Penelitian yang dia gagas bersama tim juga menunjukkan bahwa mempertahankan tingkat fleksibilitas tubuh, kekuatan otot, kekuatan, dan daya tahan tubuh yang tinggi juga penting.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement