Senin 08 Aug 2022 21:27 WIB

Psikolog Unair Ungkap Betapa Bahayanya Perundungan

Perundungan membawa dampak negatif bagi anak.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Muhammad Hafil
 Psikolog Unair Ungkap Betapa Bahayanya Perundungan. Foto ilustrasi:  Pelajar SMA PGRI 3 Surabaya membawa poster saat kegiatan kampanye gerakan anti perundungan (bullying). (ilustrasi)
Foto: Antara/Moch Asim
Psikolog Unair Ungkap Betapa Bahayanya Perundungan. Foto ilustrasi: Pelajar SMA PGRI 3 Surabaya membawa poster saat kegiatan kampanye gerakan anti perundungan (bullying). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Psikolog Universitas Airlangga (Unair) Dewi Retno Suminar mengungkapkan betapa berbahayanya kasus perundungan utamanya bagi korban. Dewi mencontohkan seorang anak berusia 11 tahun di Singaparna, Tasikmalaya, yang meninggal setelah mengalami perundungan dari beberapa temannya. Korban tidak saja mengalami kekerasan secara fisik, tapi juga psikis hingga seksual.

Perundungan, kata Dewi, dapat berdampak pada rasa tidak percaya diri, trauma, bunuh diri, bahkan meninggal. “Apalagi kondisi korban ketika tidak ada support dari lingkungan dan hanya dipendam sendiri akan menjadi kuat (efek) negatifnya. Tentu ketika tidak teratasi akan mengganggu fisiknya juga,” kata Dewi di Surabaya, Senin (8/8/2022).

Baca Juga

Menurut Dewi, faktor lingkungan terdekat sangat mempengaruhi perilaku perundungan anak-anak karena faktor dalam dirinya yang saling berinteraksi satu sama lain. Lingkungan terdekat anak-anak (lingkungan microsistem) adalah lingkungan yang memberikan dampak langsung bagi perkembangan anak.

Hal itu juga dipengaruhi adanya bentuk pelapisan di berbagai masyarakat, khususnya di sekolah atau lingkungan pertemanan. Seperti tindak perundungan yang dilakukan anak pintar dengan anak yang bodoh, anak kaya dengan anak miskin, atau anak yang pemberani dengan anak yang penakut.

Selain itu, lanjut Dewi, faktor keluarga seperti perlakuan orang tua yang terlalu bangga terhadap anaknya, juga sangat berpengaruh. Dewi mengatakan, anak-anak dibolehkan untuk mengatakan tidak, asal mempunyai alasan. Anak berkata tidak bukan berarti tidak menurut, namun hal itu merupakan bentuk bagaimana anak berani menyuarakan apa yang menjadi kemauan, perasaan, atau pemikirannya.

Dewi mengingarkan, dengan mengajak anak untuk berani menyuarakan apa yang diungkapkan akan membuat anak lebih tangguh. Dimana anak dapat tumbuh rasa percaya dirinya dan tidak takut terhadap segala sesuatu. Artinya, kata dia, orang tua harus berani mengajari anak untuk berani mengatakan ‘tidak’ atau ‘jangan sekarang’.

"Hal itulah yang harus dipupuk dan dilakukan dalam dalam mengasuh anak, sehingga anak mampu melawan ketika ada orang lain yang merundungnya," ujarnya.

Dewi mengingatkan, bagi yang menemukan seseorang yang menjadi korban perundungan agar bisa memberikan dukungan dan jangan menyalahkan. Apalagi jika orang tua mendapati anaknya dirundung sering lupa dan justru menyalahkan anaknya. "Ini akan membuat anak semakin rendah diri dan minder. Bangkitkan rasa percaya diri,” kata dia.

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement