REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian orang lebih fokus pada makanan yang disantap agar tetap sehat, bukan pada cara aman menyiapkannya. Pada kenyataannya, menggunakan perangkat yang aman saat memasak juga penting diperhatikan. Pasalnya, ada bahaya tersembunyi pada peralatan dapur tertentu.
Seorang ahli berbagi bagaimana barang sehari-hari yang ada di rumah dapat mengandung bahan kimia yang berpotensi mematikan. Country Manager GreenPan Inggris, Neil McIntosh, menjelaskan lebih lanjut tentang zat perfluoroalkyl dan polyfluoroalkyl (PFAS).
"PFAS (zat poli dan perfluoroalkil) adalah bahan kimia yang relatif tidak dikenal oleh konsumen, namun digunakan untuk membuat barang sehari-hari tahan air. Ditemukan di perlengkapan mandi, kemasan makanan, jas hujan, produk kecantikan, dan panci antilengket," ujarnya dikutip dari laman Express, Rabu (10/8/2022).
Dia menginformasikan, bahan kimia sederhana tersebut dijuluki "bahan kimia selamanya" karena sangat tahan lama dan terurai sangat lambat yaitu hingga 1.000 tahun. Tidak hanya hampir tidak bisa dihancurkan, tetapi bahan kimia itu bisa sangat berbahaya bagi kesehatan. Utamanya, ketika zat terhirup atau dikonsumsi.
McIntosh mewanti-wanti, bahan kimia tersebut juga mematikan ketika mengontaminasi makanan yang dimasak. Efeknya termasuk gangguan sistem kekebalan tubuh, ketidakseimbangan hormon, peningkatan kolesterol, penyakit kardiovaskular, dan kanker.
Peringatan McIntosh datang ketika Uni Eropa akan mengumumkan larangan pemakaian PFAS pada produk yang "tidak signifikan". Aturan direncanakan mulai berlaku paling lambat pada 2025. Faktanya, sebagian besar panci antilengket yang beredar di pasaran masih memakai PFAS.
"Dalam beberapa tahun ke depan, kami mengantisipasi pengumuman Uni Eropa untuk melarang bahan kimia berbahaya ini dalam barang-barang yang tidak penting. Kami hanya bisa berharap Inggris mengikuti dan melanjutkan pembicaraan tentang bahaya PFAS dalam memasak," kata McIntosh.
Dia menyoroti, PFAS juga mematikan bagi lingkungan karena lamanya waktu yang dibutuhkan untuk terurai. Bahan kimia itu diketahui mencemari danau, sungai, air tanah, dan tanah, hingga pada akhirnya mengontaminasi rantai makanan.