Aset kripto menjadi salah satu instrumen investasi yang banyak diminati belakangan, khususnya di kalangan anak muda. Namun, aset kripto terbilang menjadi instrumen investasi yang memiliki risiko tinggi dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya. Oleh karena itu, para investor sebaiknya memahami dengan baik hal-hal yang berkaitan dengan kripto.
Secara sederhana, aset kripto merupakan suatu aset digital berbasiskan teknologi blockchain. Teknologi blockchain itu sendiri merupakan sistem di mana teknologi terdesentralisasi berjalan. Berbeda dengan kebanyakan teknologi yang tersentralisasi, sistem blockchain memerlukan suatu insentif guna menjalankan servernya. Insentif inilah yang disebut sebagai aset kripto.
Investasi aset kripto kerap dikatakan mirip dengan investasi saham. Namun, pada dasarnya, kedua instrumen investasi tersebut berbeda.
Baca Juga: Waspada, Penipuan Kripto dari Medsos Sedang Marak!
“Cara transaksi saham dan kripto mirip, karena sama-sama transaksi spot, yakni membeli di waktu yang tepat dan menjual di waktu yang tepat. Tapi, kalau saham itu yang dibeli perusahaan, sementara kripto yang dibeli adalah utilitas dari blockchainnya. Jadi, kedua jenis perdagangan ini mirip cara transaksinya, tetapi berbeda barang yang dibeli,” ujar Oscar Darmawan, CEO Indodax, kepada tim redaksi Warta Ekonomi di kantor Indodax Jakarta beberapa waktu lalu.
Indodax sendiri merupakan platform jual-beli aset kripto terbesar di Indonesia. Selain menyediakan platform, Indodax juga menyediakan fasilitas konsultasi di kantornya bagi masyarakat yang ingin mempelajari lebih lanjut terkait investasi di aset kripto, khususnya terkait Indodax.
Selain layanan konsultasi, Indodax juga memiliki program Indodax Academy yang memberikan edukasi seputar aset kripto, mulai dari penjelasan tentang aset kripto, cara trading, tips, hingga pengetahuan tentang blockchain secara general. Indodax Academy dapat diakses secara gratis di saluran media sosial Indodax, baik di Youtube, media sosial, maupun website.
“Kami ingin memberikan edukasi secara gratis untuk semua, terlepas dari apakah mereka akan trading di Indodax. Karena kami percaya, dalam ekosistem ini, Indodax harus memberi sumbangsih. Kami ingin membuat warga negara Indonesia mengerti tentang blockchain hingga trading kripto. Kalau pada akhirnya ingin trading, silakan. Kalau akhirnya mereka percaya dengan kami, itu poin plus buat kami,” tuturnya.
Indodax telah berdiri sejak 2014. Namun, Oscar mengaku telah memulai melakukan edukasi mengenai aset kripto sejak 2012. Langkah ini dilakukan untuk memperkenalkan mengenai aset kripto terlebih dahulu kepada masyarakat Indonesia.
Hingga saat ini, Indodax telah memiliki 5,5 juta member yang 99% di antaranya merupakan orang Indonesia. Oleh karena itu, Indodax mengusung slogan, “Indodax adalah perusahaan Indonesia, untuk Indonesia. Produk lokal yang membanggakan untuk menuju internasional.”
Berbicara mengenai trading aset kripto, Oscar menggarisbawahi persiapan mental merupakan suatu keniscayaan bagi tiap individu yang ingin memulai aktivitas ini. Sebab, naik-turun aset kripto lebih ‘liar’ dibandingkan dengan saham.
Menurut Oscar, aset kripto merupakan tipe investasi dengan risiko paling tinggi. Oleh karena itu, instrumen investasi ini lebih diperuntukkan bagi orang-orang yang memiliki tipe risiko tinggi.
“Aset kripto bisa sehari naik 100% lalu besoknya turun 50%. Atau naikk 30%, besoknya turun 70%. Siap atau tidak? Jadi, mental itu paling penting,” katanya. “Makanya, kalau ada tipe risk-taker, tipe yang bisa melihat peluang, benar-benar ingin perkembangan uang dalam waktu cepat tetapi dengan kendali Anda sendiri, ya trading kripto di Indodax yang paling cocok.”
Selain itu, Oscar juga menekankan dana yang digunakan untuk trading aset kripto sebaiknya adalah uang dingin. Artinya, uang yang digunakan untuk trading memang uang yang telah dipersiapkan untuk investasi, bukan uang yang akan segera dipakai untuk keperluan tertentu.
“Karena kalau uang yang mau kita pakai besok pagi untuk trading, begitu nanti harganya turun, kita sudah terburu-buru menjual. Padahal mungkin besoknya bisa naik lagi,” jelas dia.
Meski demikian, Indodax tak memberikan ketentuan yang mengatur kapan seseorang perlu menjual asetnya. Keputusan ini dikembalikan ke masing-masing trader sesuai dengan keinginan mereka maisng-masing.
“Jadi, tidak seperti trading di forex, kalau [aset] tidak ingin dijual, bisa dilikuidasi. Kalau perdagangan di Indodax, tidak seperti itu. Kami tidak pernah melikuidasi. Jadi, kalau mau dijual tiga tahun lagi tidak apa-apa, tidak masalah,” terang Oscar.
Indodax juga memberikan kemudahan pembayaran bagi investor yang ingin trading di platformnya. Di Indodax, trading dapat dilakukan dengan modal mulai dari Rp10 ribu. Selain itu, sistem Indodax juga terintegrasi dengan banyak payment getaway, termasuk pembayaran dari toko ritel luring seperti Indomaret, Alfamart, dan sebagainya. “Sistem kami juga tersambung ke semua bank di Indonesia. Jadi, mau transaksi dari puluhan ribu sampai miliaran, sistem kami support.”
Seluruh upaya Indodax ini dilakukan demi memberikan rasa aman kepada para investor saat mereka melakukan transaksi aset kripto. Dengan begitu, mereka dapat lebih yakin kapan mereka sedang untung sehingga bisa menarik uang mereka dengan mudah.
“Karena semboyan Indodax itu ‘Aset Masa Depan’. Dan slogan kami yang kedua itu ‘Jemput Masa Depan’,” tutup Oscar.