Sabtu 13 Aug 2022 12:39 WIB

Lini Tengah Krisis, Liverpool Jangan Pelit Belanja Pemain Lagi

Lini tengah Liverpool perlu tambahan pemain.

 Pemain Liverpool Mohamed Salah (kiri) dan pemain Fulham Antonee Robinson berebut bola dalam pertandingan sepak bola Liga Inggris antara Fulham dan Liverpool di stadion Craven Cottage di London, Sabtu, 6 Agustus 2022.
Foto: AP/Ian Walton
Pemain Liverpool Mohamed Salah (kiri) dan pemain Fulham Antonee Robinson berebut bola dalam pertandingan sepak bola Liga Inggris antara Fulham dan Liverpool di stadion Craven Cottage di London, Sabtu, 6 Agustus 2022.

Oleh : Bayu Hermawan, Jurnalis Republika

REPUBLIKA.CO.ID, Liga Primer Inggris musim 2022/2023 baru bergulir dan memainkan pertandingan pertama. Namun Liverpool, yang menjadi salah satu pesaing kuat juara EPL sudah dihadang masalah.

Seperti diketahui pada matchday 1 EPL Sabtu (6/8/2022) lalu, Liverpool gagal meraih hasil maksimal kala menghadapi Fulham di kandang mereka di Stadion Craven Road. Liverpool dua kali tertinggal dari Fulham, dan hanya bisa memaksakan hasil imbang 2-2. Hasil seri alias hanya mengantongi 1 poin terasa merugikan bagi Liverpool, sebab tim-tim pesaing Trophy EPL lainnya, seperti Manchester City, Chelsea, Tottenham Hotspur dan Arsenal semuanya berhasil meraih tiga poin perdana.

Memang, ini baru pertandingan pertama, yang artinya masih sangat jauh langsung menilai masih terbuka atau tertutupnya peluang suatu tim bisa menjadi juara. Sebab masih ada 37 pertandingan lagi yang harus dilalui. Tetapi, saat laga melawan Fulham, terlihatlah masalah-masalah yang masih dihadapi oleh Liverpool di awal musim ini.

Masalah utama yang sebenarnya merupakan masalah klasik bagi Liverpool adalah mengenai kedalaman skuat. Salah satu faktor mengapa Liverpool gagal meraih poin penuh saat melawan Fulham, menurut saya, adalah karena beberapa pemain inti seperti Mohamed Salah, Trent Alexander Arnold (TAA), Robertson dan Virgil Van Dijk gagal tampil dengan performa terbaik.

Alexander-Arnold contohnya. Bukan hal baru jika disebut bahwa TAA lebih bagus dalam menyerang dibanding bertahan.  Namun, kala menghadapi Fulham, TAA menunjukan performa tak maksimal baik dalam bertahan maupun menyerang. TAA yang biasa mempunyai passing-passing dahsyat, justru lebih sering salah umpan. Kelemahan TAA dalam bertahan juga habis-habisan dimanfaatkan oleh para pemain Fulham. Sayangnya, Juergen Klopp tidak punya pemain lain yang bisa menjadi pelapis TAA. Memang ada Gomez, namun pemain itu lebih cocok jika menjadi fullback dibanding ditempatkan di posisi TAA.

Begitu pun lini depan. Liverpool memang menambah amunisi dengan mendatangkan Darwin Nunez, tetapi harus diingat jika the Reds juga kehilangan banyak pemain depan. Sadio Mane yang dilepas ke Bayern Muenchen, Takumi Minamino dan Divock Origi yang juga pergi pada bursa transfer musim panas ini. Yang tersisa hanya Salah, Firmino, Diaz, Nunez dan Diogo Jota yang masih cedera.

Saat melawan Fulham terlihat bagaimana performa lini depan Liverpool, terutama Firmino, yang under perfomance. Tetapi, Klopp mungkin juga tidak mau berjudi dengan terburu-buru memasukan Nunez, mengingat pemain itu masih baru beradaptasi. Hasilnya, serangan Liverpool tidak seperti biasanya. Selalu mentok dan terburu-buru. Biasanya, Liverpool akan bergantung pada Mo Salah dalam situasi semacam ini, namun pada pertandingan melawan Fulham, salah pun bermain tak maksimal. Diaz, meski punya skill dan kualitas tetapi belum bisa menjadi seperti Sadio Mane, yang bisa menjadi pemain pembeda dalam suatu pertandingan. Sementara Harvey Elliott dan Fabio Carvalho masih butuh jam terbang dan jauh dari kata bisa menjadi pilihan utama.

Buruknya lini serang Liverpool tentu juga imbas dari kurang maksimalnya lini tengah. Sektor ini yang kini paling menjadi masalah krusial untuk dibenahi. stok pemain tengah alias gelandang di Liverpool pun tak banyak pilihan tersedia saat ini. Liverpool hanya mengandalkan Fabinho, Henderson dan Thiago. Sementara pelapis seperti Naby Keita, Oxlade-Chamberlain, Curtis Jones semuanya masih menjadi pasien di ruang perawatan alias cedera. Masalah datang ketika Thiago mengalami cedera saat melawan Fulham. Kini praktis Liverpool hanya punya tiga pemain yang bisa digunakan yakni Fabinho, Henderson dan pemain gaek James Milner.

Hingga saat ini, juga belum ada kepastian kapan gelandang-gelandang yang cedera bisa pulih dan bermain lagi. Artinya, selama bulan Agustus ini, mungkin hingga September, lini tengah Liverpool tengah krisis pemain. Hal yang sama sebenarnya juga melanda lini belakang Liverpool. Tapi setidaknya selama Van Dijk, TAA dan Robertson tidak cedera, masih cukup nyaman Liverpool bermain.

Solusi untuk mengatasi masalah-masalah tersebut hanya satu; Liverpool harus belanja pemain lagi. Dulu saat kedatangan Darwin Nunez, Klopp dan manajemen Si Merah sempat berkata bahwa mereka sudah cukup belanja pemain, nampaknya pernyataan itu harus dicabut. Saat ini, Liverpool membutuhkan tambahan pemain baru, khususnya untuk posisi gelandang. Pengalaman musim 2020/2021 harusnya menjadi pelajaran berharga bagi Liverpool. Dimana kala itu, Liverpool kehabisan stok pemain bertahan karena cedera, akibatnya skuad Juergen Klopp terlempar dari persaingan juara dan harus bersusah payah untuk bisa lolos ke Liga Champions.

Pernyataan bahwa saat ini pemain yang diinginkan Klopp tidak tersedia di bursa transfer, seperti Jude Bellingham yang tak dijual oleh Dortmund, juga perlu diubah. Tentu banyak pemain yang punya kualitas setara dengan Bellingham, atau minimal mendekati. Masalahnya adalah apakah manajemen Liverpool mau mengeluarkan uang untuk belanja pemain lagi. Jangan-jangan bukan karena pemain yang diinginkan Klopp tidak ada di bursa transfer, tetapi memang manajemen Liverpool yang pelit untuk mengeluarkan uang.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement