REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyatakan, kebijakan Kurikulum Merdeka tidak datang tiba-tiba. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, dalam 20 tahun terakhir kemampuan siswa Indonesia dalam hal kompetensi penalaran belum terbangun secara optimal dengan kurikulum yang ada.
"Karena fokus kita ke depan adalah bagaimana meningkatkan kualitas, karakter, termasuk kualitas dari kompetensi para peserta didik kita," ujar Koordinator Pengembangan Kurikulum Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemendikbudristek, Yogi Anggraena, dalam webinar Kurikulum Merdeka, Selasa (16/8/2022).
Dia menjelaskan, hasil berbagai evaluasi yang pihaknya peroleh menunjukkan, setidaknya dalam 20 tahun terakhir kemampuan para siswa dalam kompetensi penalaran mereka belum terbangun secara optimal. Menurut Yogi, perubahan-perubahan kurikulum yang terjadi selama ini tidak meningkatkan kompetensi, tapi hanya berfokus pada aspek materi saja.
"Seringkali perubahan-perubahan kurikulum yang terjadi bukan peningkatan kompetensi, tapi hanya lebih dari segi aspek materi saja," kata Yogi.
Lebih lanjut dia menerangkan, secara landasan sebenarnya kurikulum yang berbasis kompetensi sudah dituangkan di kurikulum tahun 2004, 2006, dan 2013. Tapi, dari pengimplementasiannya yang terlihat justru masih berfokus pada materi saja. Untuk itu, Kemendikbudristek ingin mengembalikan semangat awal, yakni membangun kompetensi siswa secara baik.
"Selain kompetensi, kita juga ingin membangun karakter. Yang inign kita hasilkan dari para peserta didik adalah kompetensinya dan karakternya. Oleh karena itu, kita mengkaji merumuskan berbagai kompetensi yang ada," jelas dia.