Rabu 17 Aug 2022 13:56 WIB

Kasus Masalah Tidur karena Stres Meningkat Selama Pandemi Covid-19

Kasus merujuk pada masalah tidur terkait stres akibat pandemi COVID-19.

Insomnia yang dialami orang-orang selama pandemi sebagai coronasomnia, atau covidsomnia.
Foto: www.freepik.com.
Insomnia yang dialami orang-orang selama pandemi sebagai coronasomnia, atau covidsomnia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi di Inggris pada tahun lalu, seperti dikutip dari Cleveland Clinic, Rabu (17/8/2022), menunjukkan, jumlah orang dengan insomnia meningkat dari semula satu dari enam orang menjadi satu orang setiap empat orang. Menurut sebuah penelitian dalam American Academy of Sleep Medicine, ada 2,77 juta pencarian Google untuk "insomnia" di Amerika Serikat selama lima bulan pertama tahun 2020. Angka ini meningkat 58 persen dibandingkan durasi yang sama dalam tiga tahun sebelumnya.

Pakar kesehatan yang berfokus pada perilaku tidur Michelle Drerup bahkan menyebut insomnia yang dialami orang-orang selama pandemi sebagai coronasomnia, atau covidsomnia. Ini merujuk pada masalah tidur terkait stres akibat pandemi COVID-19.

Baca Juga

"Stres berdampak pada setiap area kehidupan orang dan ini akan memengaruhi tidurnya, kondisi ini diperparah oleh pandemi COVID-19," kata Drerup.

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Sali Rahadi Asih mengatakan, munculnya sederet masalah ini karena masyarakat awalnya tidak tahu cara menghadapi COVID-19. Tubuh mereka juga belum membentuk imunitas melawan penyakit akibat infeksi SARS-CoV-2 itu. Belum lagi, berita-berita kematian di berbagai media turut menambah stres.

Mereka yang stres dan cemas lalu terganggu pola tidurnya. Untuk bisa tidur, orang harus berada dalam kondisi tenang. Berbagai cara bisa dilakukan untuk menciptakan kondisi tenang salah satunya membuat kamar nyaman. 

"Tetapi, rasa cemas dan stres menghancurkan segala upaya untuk bisa tidur," katanya.

Jam kerja juga berlaku secara jelas. Tetapi saat pandemi, pekerjaan atau rapat yang dapat dikerjakan secara daring dapat berlangsung sampai malam hari. Ini membuat tubuh selalu dalam kondisi siaga.

"Ini membuat semuanya campur aduk dan membuat orang-orang selalu on dan sulit tidur. Kemudian bagi mereka yang sudah memiliki kepribadian pencemas, tidurnya menjadi lebih bermasalah," kata Sali.

Masalah tidur terus menerus atau insomnia terbagi menjadi beberapa tipe yakni sulit tidur, terus bangun di malam hari dan bangun terlalu pagi. Biasanya masalah dimulai dari sulit tidur lalu semakin lama berkembang ke tipe lain.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement