REPUBLIKA.CO.ID, Awan gelap menggelantung. Hujan deras mengguyur perumahan Cipondoh Makmur, Kota Tangerang, selepas ashar. Butiran air membasahi jalanan kompleks yang sebelumnya kering penuh debu.
Sejumlah warga RT 09/RW04 yang sudah berkumpul untuk mengikuti lomba terpaksa berteduh di sebuah warung, persis di sisi lokasi pertandingan.
Anak-anak yang akan menerima hadiah, setelah sebelumnya ikut lomba pada pagi hari, juga berlindung dari guyuran hujan. "Untung anak-anak sudah kita gelar lombanya pada pagi hari, kalau baru sore bisa ribet ini," ujar Cipto, salah seorang panitia, Rabu (17/8/2022).
Warga pun sabar menunggu. Percikan air dari tampias loteng warung mengenai peserta. Namun hal itu tak mengendurkan mereka yang siap bertanding memeriahkan lomba. Bapak Ketua RT, Ali Maksum, termasuk salah satu di antara yang ikut berteduh.
Sekitar pukul 16.00, hujan mulai reda. Derasnya hujan berganti dengan rintik yang kemudian perlahan berhenti. Panitia kembali memanggil warga untuk ikut pertandingan.
Lomba pertama yang digelar adalah balap tampah. Ibu-ibu yang sudah tidak lagi muda, beradu lari siapa yang paling cepat mengusung tampah lebar dari rajutan kayu itu.
Jarak antara start dan finish sekitar 15 meter. Penonton pun bersorak sorai menyemangati para peserta. "Hayo ... hayo.. hayo," teriak warga.
Dalam babak final, balapan sempat diulang karena jarak yang tipis di antara peserta. Namun pada putaran kedua, pemenang berhasil ditentukan yang lagi-lagi dengan jarak sangat tipis.
Lomba menarik lainnya adalah memindahkan belut. Satu ember besar dengan air penuh diisi empat belas belut. Peserta yang juga ibu-ibu diminta memindahkan belut-belut itu ke ember lainnya.
Setiap satu putaran terdiri atas tiga peserta. Uniknya, salah seorang peserta bahkan sudah berusia lanjut, di atas 60 tahun. Dengan jalan perlahan dan dekapan yang erat, sang nenek ikut bersaing memindahkan belut tersebut. Ia berhasil membawa belut itu ke dalam ember berbeda.
Salah satu tantangan dari memindahkan belut ini adalah sulitnya menangkap hewan yang banyak ditemui di sawah itu. Meskipun sudah jatuh ke jalan, namun belut atau lindung tetap saja sulit ditangkap. Apalagi jalanan masih basah usah diguyur hujan deras.
Di ujung pertandingan, dua peserta mengumpulkan jumlah belut yang sama. Setelah dua kali putaran pun hasilnya tetap sama. Balapan akhirnya terpaksa ditentukan oleh suit di antara dua peserta. Pemenang pun berhasil ditetapkan.
Lomba ketiga yang juga sangat menarik adalah memindahkan tepung. Berbeda dengan dua pertandingan sebelumnya yang individu, lomba terakhir ini berkelompok.
Setiap satu kelompok terdiri atas empat orang. Cara bertandingnya, panitia mengisi baskom warna warni dengan tepung. Kemudian para peserta diminta untuk berjongkok.
Semua baskom harus ditaruh di atas kepala. Peserta yang di depan beradu cepat mengambil terigu yang ada di tampah, lalu memindahkannya tanpa melihat dengan posisi baskom di kepala ke temannya di belakang. Pun selanjutnya peserta yang lain, memberikan tepung itu lewat baskom yang ditaruh di kepala sampai peserta keempat.
Alhasil, beberapa peserta pun putih tersiram tepung dari kawannya di depan. Gelak tawa warga tak terelekkan.
Menjelang magrib semua perlombaan sudah selesai. Para peserta memperoleh hadiah sembako, dari beras 10 kilogram, beras lima kilogram hingga minyak goreng kemasan berisi dua liter. Namun jangan lihat besaran hadiah, tapi keseruan dari warga setelah dua tahun lebih dihantam pandemi Covid-19.
"Rangkaian acara lomba kali ini berjalan aman lancar dan meriah, semuanya senang, semoga tahun depan kita bisa menjalankan lagi dengan lebih meriah," ujar Ketua RT Ali Maksum saat menutup acara.
Komplek Cipondoh Makmur boleh dibilang sebagai perumahan tua. Tak sedikit warga yang sudah pensiun. Kendati demikian, hal tersebut tidak menyurutkan semangat warga untuk memeriahkan HUT RI ke-77. Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat. Merdeka !!!