REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Rektor Universitas Airlangga (Unair) Mohammad Nasih menyebutkan, terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme di lingungan kampus bukan persoalan sistem. Menurut Nasih, sebagus apapun sistem yang disiapkan, jika yang mengelola sistem tidak berintegritas, peluang untuk melakukan kecurangan tetap besar.
"Sebaik apapun sistemnya, kalau manusianya, integritasnya tidak bagus, peluang untuk melakukan kecurangan akan tetap terjadi. Faktor integritas harus menjadi perhatian utama," kata Nasih, Kamis (25/8/2022).
Nasih mengaku, dalam proses penerimaan mahasiswa baru, beberapa Prodi di Unair memiliki keketatan hingga lebih dari satu persen. Artinya, satu peserta harus bersaing dengan lebih dari 99 peserta lainnya. Ia mencontohkan di beberapa Prodi, jumlah pendaftar mencapai 2.000 calon mahasiswa, sementara yang diterima hanya 50 mahasiswa.
"Angka inilah yang kemudian sering memunculkan prasangka di masyarakat," kata Nasih.
Nasih mangatakan, Unair menggunakan nilai ujian tulis berbasis komputer (UTBK) sebagai seleksi resmi dari pemerintah pusat dalam melaksanakan seleksi mahasiswa baru jalur mandiri. Nasih berpendapat, strategi itu tepat untuk mereduksi oknum-oknum tertentu yang bermaksud melakukan kecurangan.
Untuk menghindari kolusi, Unair juga membentuk badan khusus bernama Pusat Pengelola Dana Sosial (Puspas). Pembentukan Puspas untuk menghindari pihak-pihak yang ingin memberikan sumbangan atas nama pribadi. Intinya, kata dia, Unair mengembangkan sistem di mana seluruh penerimaan tidak masuk rekening pribadi.