REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menangis dipercaya dapat membantu Anda melepaskan rasa sakit emosional. Bagi sebagian orang, menangis mendadak atau sering menangis dapat menjadi salah satu gejala depresi.
Menangis dapat terjadi karena seseorang mengalami banyak emosi, dari kegembiraan hingga kesedihan. Namun sebagai bagian dari depresi, menangis bisa terjadi tanpa alasan yang jelas.
Mengapa orang menangis? Dan apakah itu membantu “mengeluarkan” semuanya jika Anda depresi?
Secara umum, para ahli percaya bahwa mengekspresikan tangisan emosional bisa menjadi hal yang baik untuk Anda. Sama seperti refleks tubuh alami lainnya seperti menguap atau bersin, menangis dapat memberikan perasaan puas atau lega secara fisik.
Setiap orang berbeda. “Sebagian ada yang merasa bahwa menangis memberikan kelegaan, membuat mereka merasa lebih ringan dan lebih tenang,” kata seorang psikiater di New York City dan dan seorang instruktur klinis di departemen psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Yale, dr Gauri Khurana.
Dia mengatakan, menangis sering dipandang sebagai katarsis, yang berarti membantu melepaskan perasaan stres dan membantu memodulasi bahan kimia dalam tubuh. “Seperti menurunkan kortisol dan meningkatkan oksitosin dan endorfin, dan membuat orang merasa lebih baik," kata Khurana seperti dikutip dari laman Psych Central, beberapa waktu lalu.
Dr Khurana menyebut, meski begitu, penelitian menunjukkan bahwa menangis tidak selalu membantu orang merasa lebih baik. “Tetapi dalam pengalaman klinis saya, itu menenangkan orang ketika mereka berada dalam suasana hati yang tinggi,” kata dia.
Beberapa ahli percaya bahwa pentingnya air mata emosional lebih berpengaruh efeknya pada orang lain. Artinya, meneteskan air mata emosional merangsang respons kepedulian dan perlindungan dari orang lain.
Menurut Khurana, beberapa ahli berpendapat menangis dapat melepaskan hormon stres seperti kortisol yang menumpuk di dalam tubuh. Mereka percaya bahwa setelah menangis, orang umumnya merasa lebih baik.
Sebuah studi pada 2014 menunjukkan, menangis dapat memberikan efek menenangkan dan melepaskan endorfin, atau hormon perasaan baik. Efek ini dapat tertunda dan muncul beberapa menit setelah Anda berhenti menangis.
Studi yang sama menunjukkan bahwa menangis juga dapat meningkatkan suasana hati karena pelepasan emosional dan mengurangi perasaan stres yang ditimbulkannya.
"Saya memiliki banyak pasien yang mengatakan, 'Anda melakukan pekerjaan Anda karena saya menangis,' atau ‘Ini adalah pertama kalinya saya menangis dalam waktu yang sangat lama,'" kata Khurana.
Apakah menangis tanpa alasan atau sering merupakan tanda depresi? “Menangis tanpa alasan yang jelas bisa menjadi tanda depresi,” kata Khurana.
Menangis umumnya menyertai depresi ringan dan dapat muncul ketika:
- Menangis tanpa alasan
- Menangis setiap hari
- Menangis lebih sering dari biasanya
- Mengalami kesulitan berhenti menangis
“Dalam kasus depresi yang lebih parah, orang sering tidak menangis sama sekali,” kata Khurana.
"Saya juga berpikir bahwa ketika orang menangis karena 'tanpa alasan', itu karena mereka telah menekan emosi mereka dan sesuatu tidak bisa lagi ditahan,” ujarnya lagi.
Beberapa tanda dan gejala depresi lainnya di antanya ada di bawah ini. Jika Anda mengalaminya, sebaiknya segera berkonsultasi ke psikolog atau psikiater.
- Perasaan sedih, cemas, tidak berdaya, atau kekosongan yang terus-menerus
- Sifat lekas marah
- Perasaan bersalah atau tidak berharga
- Kehilangan minat pada hobi dan aktivitas yang biasanya memberi Anda kesenangan
- Penurunan energi
- Merasa gelisah atau kesulitan duduk diam
- Kesulitan berkonsentrasi
- Kesulitan tidur, atau bangun dan tidur berlebihan
- Perubahan nafsu makan
- Berpikir untuk bunuh diri
Jenis-jenis air mata
Seorang profesor oftalmologi di Yale School of Medicine, David Silverstone, mengatakan ada tiga jenis air mata yakni air mata dasar, air mata emosional, dan air mata refleks,” kata dia seperti dikutip dari laman AARP pada Selasa (23/8/2022).
Saat seseorang depresi, yang dikeluarkan adalah air mata emosional. Silverstone mengatakan, air mata ini keluar ketika Anda melepaskan stres untuk membantu menenangkan tubuh. Air mata emosional tidak seperti air mata dasar yang diproduksi secara otomatis oleh tubuh.
Agar air mata emosional muncul, sistem limbik (bagian otak yang mengatur emosi) mengirimkan sinyal ke sistem pesan otak untuk mengaktifkan kelenjar lakrimal untuk menghasilkan air mata. Hasilnya? Genangan air mata membanjiri saluran air mata Anda. Akibatnya, mereka tumpah dari mata Anda ke pipi Anda, bahkan kadang-kadang menetes ke hidung Anda.