REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) merupakan impian dan kebanggaan bagi sebagian besar murid SMA. Namun, mereka harus melewati seleksi serta persaingan yang ketat untuk bisa lulus masuk PTN. Tak jarang, cara-cara gelap juga dicari untuk bisa memastikan mereka lulus PTN.
Kasus suap penerimaan calon mahasiswa di Universitas Lampung (Unila) melalui jalur mandiri membuktikan bahwa cara-cara gelap untuk masuk PTN benar adanya. Salah satunya melalui 'jalur belakang' atau 'orang dalam'.
Praktik-praktik itu memang sudah seperti rahasia umum. Penyelenggara bimbingan belajar (Bimbel) juga kerap mendapat pertanyaan dari orang tua murid apakah bimbelnya menyediakan jasa 'jalur belakang' agar anaknya masuk PTN. Mereka dianggap memiliki 'akses' untuk bisa mendapatkan jalur belakang tersebut.
Hal itu disampaikan CEO Bimbel Lavender, Galih Pandekar, yang mengaku sering mendapat pertanyaan dari beberapa orangtua siswa apakah bimbelnya menyediakan 'jalur belakang' agar anaknya dapat diterima di PTN.
“Kami sering mendapat pertanyaan mengenai ‘jalur belakang’ atau ‘orang dalam’ untuk masuk PTN. Kami sama sekali tidak punya dan tidak pernah menawarkan hal itu. Biasanya akan langsung kami arahkan dengan program-program Supercamp unggulan kami,” ujar Galih di Jakarta, Jumat (26/8/2022).
Bimbel Lavender dikenal sebagai bimbel ekslusif yang menyediakan program belajar Supercamp dengan harga berkisar Rp 65-125 juta. Program belajar Supercamp adalah program persiapan masuk PTN dengan cara menginap di hotel berbintang. Sebagian orangtua murid berpikir bahwa dengan harga semahal itu maka anaknya dipastikan diterima di PTN.
“Bimbel kami sering ditanya apakah harga tersebut dapat menjamin siswa lulus PTN 100%, kami jawab tidak. Namun kami menjamin siswa untuk belajar dengan lingkungan dan fasilitas yang mendukung. Program kami adalah murni belajar untuk persiapan masuk PTN,” kata Galih.
Galih pun menyayangkan beberapa orang tua murid masih mengandalkan jalan pintas agar anaknya lulus ke PTN. Padahal, untuk bisa tembus ujian masuk PTN ada banyak cara yang dilakukan secara halal, bukan dari cara-cara jalan pintas.
“Saat ini sudah banyak sekali kesempatan untuk bisa masuk PTN. Mulai dari banyaknya jalur penerimaan, perkembangan teknologi yang memungkinkan murid belajar tambahan dari media sosial dan aplikasi, hingga belajar di bimbingan belajar,” kata dia.
“Di kami, kami tidak hanya menyediakan guru dan ruang belajar, tetapi juga menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar, meningkatkan mental murid-murid untuk menghadapi ujian masuk PTN, dan juga mengajarkan strategi pemilihan program studi untuk membuka peluang masuk PTN. Itulah mengapa kami membuat program Supercamp.”
Galih juga mengingatkan kepada orang tua murid agar jangan mudah percaya dengan iming-iming dari beberapa oknum tidak bertanggung jawab. Ada kemungkinan mengarah ke kasus penipuan.
“Pernah ada oknum tidak bertanggung jawab mencatut nama kami dan mengaku sebagai staf Bimbel Lavender, kemudian menjanjikan kelulusan lewat jalur belakang. Padahal itu murni penipuan. Hal ini juga harus diwaspadai para orang tua murid,” ungkapnya.
Adanya dugaan praktik 'jalur belakang' dalam proses penerimaan mahasiswa di PTN juga telah memunculkan wacana untuk menghapus penerimaan mahasiswa baru lewat jalur mandiri, atau hanya dilakukan satu jalur saja.
Meski demikian, Galih mengaku kurang setuju dengan wacana tersebut. Menurutnya, jalur mandiri memiliki banyak keuntungan baik dari pihak universitas dan pihak peserta.
“Sebetulnya jalur mandiri itu bagus karena universitas dapat menentukan standarnya sendiri untuk menyeleksi mahasiswa-mahasiswa yang kompeten. Selain itu, jalur mandiri juga memberikan kesempatan kedua bagi peserta yang belum lulus UTBK dan SNMPTN,” kata dia.
Sebelumnya, dilansir dari Antara, Penetapan Rektor Universitas Lampung (Unila) Prof. Karomani sebagai tersangka dugaan suap penerimaan mahasiswa baru menjadi bukti jalur mandiri masuk perguruan tinggi negeri rawan praktik korupsi. Demikian kata peneliti Pusat Studi Anti-Korupsi (Saksi) Universitas Mulawarman Samarinda Herdiansyah Hamzah
"Penangkapan Rektor Unila ini mengonfirmasi kalau jalur mandiri ini memang rawan korupsi," sebut Herdiansyah.
Menurutnya, penerimaan mahasiswa baru perguruan tinggi negeri (PTN) melalui jalur mandiri ini sarat dengan transaksi jual beli kursi.
Kerawanan tersebut karena praktik pengelolaan jalur mandiri yang cenderung tidak transparan dan tidak adanya ukuran pasti dalam penerimaan mahasiswa jalur mandiri tersebut.
"Fungsinya pun bergeser, dari yang awalnya diperuntukkan sebagai afirmasi bagi masyarakat miskin atau mereka yang berada di daerah tertinggal, kini berubah menjadi ladang bisnis universitas," ujarnya.