Sabtu 27 Aug 2022 10:05 WIB

Anak dan Remaja yang Melewatkan Sarapan Berisiko Alami Masalah Fisik dan Mental

Pakar sarankan anak dan remaja untuk tidak melewatkan sarapan setiap pagi.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Nora Azizah
Pakar sarankan anak dan remaja untuk tidak melewatkan sarapan setiap pagi.
Foto: Pixabay
Pakar sarankan anak dan remaja untuk tidak melewatkan sarapan setiap pagi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi baru di Spanyol menemukan bahwa makan sarapan dapat menyebabkan kesehatan psikososial yang lebih baik pada anak-anak dan remaja. Temuan tersebut menunjukkan bahwa melewatkan sarapan dikaitkan dengan risiko masalah kesehatan fisik dan mental anak yang lebih tinggi.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) hampir 20 persen anak-anak di Amerika Serikat tidak sarapan. Terlebih lagi, anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah dan remaja dengan status sosial ekonomi apa pun lebih cenderung melewatkan sarapan.

Baca Juga

American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan agar anak-anak dan remaja mengonsumsi sarapan untuk bobot tubuh yang lebih sehat, nutrisi yang lebih baik, memori yang lebih baik, nilai tes yang lebih baik, dan rentang perhatian yang lebih baik. Sarapan membantu memberikan keseimbangan nutrisi di siang hari, yang mungkin lebih sulit dicapai jika sarapan terlewatkan.

Bagi kaum muda, makan sarapan secara teratur telah terbukti berhubungan positif dengan kinerja sekolah dan prestasi akademik. Sekarang, studi baru yang melibatkan anak-anak dan remaja Spanyol telah menemukan bahwa sarapan di rumah juga dikaitkan dengan kesehatan psikososial yang lebih baik. Hasilnya baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Nutrition.

Kesehatan psikososial adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kesejahteraan emosional, sosial, dan fisik. Ini mencakup kesejahteraan psikologis serta kesejahteraan sosial dan kolektif.

Dalam studi baru, kesehatan psikososial dari 3.772 anak-anak dan remaja di Spanyol diukur menggunakan Kuesioner Kekuatan dan Kesulitan (SDQ), dengan 5 subskala masalah emosional, melakukan masalah, hiperaktif, masalah teman sebaya dan perilaku prososial.

Peserta diberi skor di setiap area, dan skor keseluruhan yang lebih tinggi menunjukkan masalah psikososial. Kebiasaan makan sarapan, seperti lokasi dan pilihan makanan, juga dinilai.

“Hubungan antara melewatkan sarapan dengan masalah kesehatan psikososial telah dijelaskan sebelumnya dalam literatur di beberapa artikel ilmiah. Namun, fakta bahwa sarapan jauh dari rumah dikaitkan dengan masalah kesehatan psikososial yang lebih besar adalah aspek baru dari penelitian kami," papar José Francisco López-Gil, PhD, seorang peneliti postdoctoral di University of Castilla-La Mancha di Spanyol dan penulis utama studi tersebut, seperti dilansir dari laman Medical News Today, Sabtu (27/8/2022).

Para peneliti membagi peserta menjadi tiga kategori sarapan menurut tempat dan apakah mereka makan di rumah, di luar rumah dan tidak ada sarapan.

Semua hasil dikumpulkan dengan kuesioner SDQ yang dipimpin orang tua. Dari peserta, 98,9 persen makan sarapan, di antaranya 95,8 persen melakukannya di rumah. Orang-orang muda yang melewatkan sarapan atau sarapan di luar rumah memiliki skor SDQ yang lebih tinggi dan kemungkinan masalah psikososial yang lebih tinggi.

Studi ini menilai apa yang dimakan orang-orang muda menggunakan pedoman dari Survei Kesehatan Nasional Spanyol. Para peneliti kemudian melihat efek makanan yang berbeda terhadap kesehatan psikososial.

“Tidak makan kelompok makanan tertentu, seperti susu atau sereal, dikaitkan dengan masalah kesehatan psikososial yang lebih besar, sementara tidak makan yang lain (misalnya, daging olahan) dikaitkan dengan masalah psikososial yang lebih rendah,” ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement