Rabu 31 Aug 2022 03:12 WIB

Obat Bebas yang Sering Dikonsumsi Berlebihan, Padahal Bisa Berbahaya

Ada empat macam obat bebas yang kerap digunakan secara berlebih oleh sebagian orang.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Obat bebas yang sering dikonsumsi berlebiha. (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com.
Obat bebas yang sering dikonsumsi berlebiha. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Obat bebas sangat membantu dalam mengatasi beragam keluhan kesehatan sehari-hari, seperti pegal, nyeri, demam, gejala pilek, hingga alergi. Meski aman untuk digunakan, penggunaan obat bebas secara berlebih bisa membawa dampak yang merugikan kesehatan.

Menurut dokter keluarga Laura Purdy, ada empat macam obat bebas yang kerap digunakan secara berlebih oleh sebagian orang. Berikut ini adalah keempat obat bebas tersebut, seperti dilansir Best Life, baru-baru ini: 

Baca Juga

1. Parasetamol

Hampir setiap orang pernah menggunakan obat parasetamol atau asetaminofen. Obat ini memiliki beragam manfaat, mulai dari mengurangi sakit kepala, meredakan nyeri gigi, meringankan nyeri arthritis, hingga menurunkan demam.

Meski sangat membantu, orang dewasa sebaiknya tak mengonsumsi lebih dari 3.000 mg parasetamol dalam sehari. Bahkan pada lansia, batasan maksimal penggunaan parasetamol bisa lebih rendah.

National Institute of Health menyatakan, mengonsumsi konsumsi parasetamol sebanyak 7.000 mg atau lebih bisa memicu konsekuensi kesehatan serius dan menyebabkan overdosis. Sebagai tambahan, parasetamol dosis tinggi bisa merusak hati dan membuat penderitanya harus mendapatkan transplantasi hati atau mengalami kematian.

2. Difenhidramin

Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan (FDA) Amerika Serikat (AS) telah mengimbau masyarakat untuk tidak menggunakan obat difenhidramin melebihi dosis yang direkomendasikan. Penggunaan terlalu banyak difenhidramin bisa memicu beberapa masalah kesehatan, seperti masalah jantung, kejang, koma, dan kematian.

Menurut National Institute of Health, difenhidramin merupakan antihistamin yang digunakan untuk meredakan gejala alergi. Beberapa contohnya adalah ruam, gatal, mata berair, sinus iritasi, batuk, hidung berair, dan bersin. Orang-orang juga kerap menggunakan obat ini untuk mencegah atau meredakan gejala mual.

"(Difenhidramin) bisa terdapat dalam produk yang tak diduga (yang tidak berlabel untuk alergi), sehingga menggunakan difenhidramin terlalu banyak mungkin terjadi, meski Anda sudah mengikuti panduan dari masing-masing obat yang Anda gunakan," kata ahli farmasi dan nutrisi Persona Nutrition, Brandi Cole.

3. Pil dan suplemen kafein

Minuman berkafein seperti kopi merupakan minuman populer yang banyak dikonsumsi orang setiap harinya. Meski bisa menyegarkan pikiran, konsumsi kafein sebaiknya tak melebihi 400 mg per hari.

Akan tetapi, kafein bukan hanya ada di dalam minuman saja. Beberapa produk obat sakit kepala dan suplemen penurun berat badan yang dijual bebas juga mengandung kafein.

"Setiap orang memiliki respons yang berbeda terhadap kafein, namun secara umum, penggunaan sewajarnya merupakan pilihan yang baik," kata Cole.

Bagi yang sensitif, asupan kafein yang sedikit lebih banyak bisa memicu gejala seperti gelisah, gugup, atau mudah marah. Sedangkan dalam dosis tinggi, kafein dapat menyebabkan keemasan berat, perubahan detak jantung, dan dehidrasi.

4. Suplemen mengandung besi 

Zat besi merupakan salah satu nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh, khususnya dalam produksi sel darah merah. Nutrisi ini bisa didapatkan melalui makanan atau suplemen.

Ada cukup banyak produk suplemen dan multivitamin kesehatan yang mengandung zat besi. Produk seperti ini sebaiknya digunakan secukupnya saja, karena terlalu banyak konsumsi suplemen mengandung zat besi bisa memicu risiko keracunan besi.

Perlu diketahui, kebutuhan zat besi setiap orang berbeda-beda, bergantung pada usia dan jenis kelamin. Ketika zat besi dikonsumsi melebihi rekomendasi, beberapa keluhan pencernaan yang tak nyaman seperti nyeri perut atau konstipasi bisa muncul. Penggunaan zat besi dalam dosis besar secara berulang juga dapat merusak lapisan lambung.

Berkaitan dengan hal ini, Cole menganjurkan agar orang-orang berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum mulai mengonsumsi suplemen zat besi. Terlebih bila di saat yang bersamaan, mereka juga kerap mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi tinggi seperti daging merah, sayuran hijau, atau lentil.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement