REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Statin adalah kelompok obat yang dapat membantu menurunkan kadar kolesterol jahat alias low-density lipoprotein (LDL) dalam darah. Kolesterol LDL adalah zat lilin yang menempel di bagian dalam dinding arteri yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.
Statin merupakan intervensi yang disambut baik karena bisa mengganggu proses tersebut. Namun, mengonsumsi statin dapat menghasilkan efek yang tidak diinginkan dengan cara yang mungkin tidak diduga.
Statin biasanya harus dikonsumsi seumur hidup karena jika berhenti bisa sangat berbahaya. Dokter Paula Oliveira dari Loxa Beauty mengingatkan efek samping yang dapat timbul dari penghentian konsumsi statin secara tiba-tiba.
Menurut dokter, efek samping yang paling serius adalah rhabdomyolysis, suatu kondisi yang disertai nyeri otot akibat cedera otot. Ini juga dapat menyebabkan kerusakan jaringan otot.
"Myalgia yang menjadi efek samping paling umum melibatkan nyeri otot dan sendi,” jelas dr Oliveira, seperti dilansir dari Express, Sabtu (3/9/2022).
Dr Oliveira juga memperingatkan bahwa menghentikan statin secara tiba-tiba juga dapat memicu mekanisme yang menyebabkan diabetes, prekursor lain penyakit jantung. Efek samping lainnya juga dapat mengakibatkan komplikasi yang mengancam jiwa, seperti gagal ginjal dan kematian dalam kasus yang lebih buruk.
"Jika ginjal gagal mengeluarkan produk yang tidak diinginkan seperti urine dari tubuh, mereka bisa menjadi racun dan berbahaya bagi kesehatan seseorang," jelas dia.
Menurut dr Oliveira, efek samping ini terjadi karena penghentian statin membuat tubuh shock. Dan sebuah studi mendukung klaim ini.
Dalam penelitian besar yang diterbitkan di jurnal JAMA Network Open, peneliti menemukan bahwa penghentian statin dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi masuk rumah sakit untuk gagal jantung dan hasil kardiovaskular serta kematian akibat penyebab apapun.
"Statin adalah obat penyelamat jiwa dan penghentian terapi ini memiliki efek yang signifikan," kata penulis utama studi Federico Rea, seorang peneliti di Departemen Statistik dan Metode Kuantitatif di Universitas Milano-Bicocca di Italia.
Penelitian ini meneliti hampir 30 ribu pasien berusia 65 tahun ke atas yang menggunakan beberapa obat (polifarmasi). Mereka menerima pengobatan dengan statin serta agen penurun tekanan darah, antidiabetik, dan antiplatelet.
Penghentian statin juga dikaitkan dengan peningkatan risiko masuk rumah sakit yang signifikan untuk gagal jantung sekitar 24 persen, hasil kardiovaskular lainnya sebesar 14 persen, dan kematian akibat penyebab apapun sebesar 15 persen. Peneliti studi mengatakan lebih banyak perhatian dibutuhkan oleh semua penyedia layanan kesehatan yang merawat pasien lanjut usia.
"Kami berharap penelitian di masa depan dapat menjelaskan cara terbaik untuk menyeimbangkan manfaat statin dan efek sampingnya, terutama di antara orang tua yang terpapar polifarmasi," kata Prof Rea.
"Pasien yang lebih tua memiliki risiko kematian absolut yang lebih tinggi, dan menghentikan terapi yang terbukti terbukti mengurangi risiko kejadian koroner/strok dalam uji coba terkontrol secara acak diharapkan menghasilkan lebih banyak kejadian kardiovaskular," ujar Prof Rea.