REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap anak dilahirkan dengan keunikannya tersendiri. InIlah yang mulai dipahami oleh orang tua dari generasi milenial.
Perlahan, orang tua tidak lagi berfokus untuk sekedar melakukan tes IQ saja, tapi juga mulai mencari tahu keunikan apa yang ada dalam diri anaknya. Keunikan yang dimaksud adalah kemampuan hingga bakat dan minat anak terhadap sesuatu.
Psikolog dan Co-Founder Tiga Generasi, Saskhya Aulia Prima, mengatakan ayah dan ibu bisa memanfaatkan video games untuk memahami kemampuan berpikir anak. Beberapa orang tua yang datang padanya menceritakan tantangan apa saja yang dihadapi dalam memahami kemampuan berpikir anak.
Orang tua, menurut Saskhya, tidak memahami ekspektasi "wajar" berdasarkan usia anak atau harusnya kemampuan berpikirnya sudah seperti apa. Selain tidak paham cara yang tepat untuk mendapatkan gambaran kemampuan berpikir anak, ada juga tekanan sosial terkait kemampuan anak. Ada juga yang bingung.
"Jadi orang tua tidak mengetahui kemampuan apa yang harus ditingkatkan atau apa kemampuan anak yang masih kurang," kata Saskhya dalam peluncuran virtual Batique, dikutip Senin (5/9/2022).
Berbagai cara dilakukan oleh orang tua, seperti anak diikutsertakan dalam les, tapi itu belum tentu menjadi minat yang sesuai dengan kemampuan berpikir anak. Karena setiap anak sebetulnya punya cara berpikir yang berbeda-beda.
"Kalau kita melakukan cara pendidikan yang sama total ke semua anak, tentu hasilnya tidak bisa disamakan karena memang cara belajarnya pun akan berbeda tiap anak. Intinya, hal-hal yang masih bisa ditangkap dalam kecerdasan kognitif ini beberapa hal ada di sini (lewat video games)," ujar dia.
Video games ada dapat menunjukkan beragam kecerdasan anak. Mulai dari bagaimana anak bisa menangkap info, fokus dan konsentrasi dengan yang dia kerjakan, pemahaman tentang angka, kecerdasan umum, logika, kemampuan mengingat, kemampuan menyelesaikan masalah (biasanya lewat soal), kemampuan analisis, sintesis bunyi, dan sebagainya.