Selasa 06 Sep 2022 12:07 WIB

Operasi Disfungsi Ereksi Berhasil Dilakukan di RS Melinda Bandung

Masalah disfungsi ereksi disebabkan beberapa hal.

Rep: Fauzi Ridwan/ Red: Muhammad Hafil
Operasi Disfungsi Ereksi Berhasil Dilakukan di RS Melinda Bandung. Foto ilustrasi: Gagal ereksi alias impotensi menjadi pertanda ada gangguan jantung pada seorang pria. (ilustrasi)
Foto: www.bee-health.com
Operasi Disfungsi Ereksi Berhasil Dilakukan di RS Melinda Bandung. Foto ilustrasi: Gagal ereksi alias impotensi menjadi pertanda ada gangguan jantung pada seorang pria. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Operasi disfungsi ereksi kini tidak harus berangkat ke luar negeri namun di dalam negeri sudah bisa dilakukan agar kembali berfungsi. Salah satu rumah sakit yang pertama bisa mengoperasi disfungsi ereksi yaitu Rumah Sakit Melinda di Jalan Cipto, Kota Bandung.

dr Kuncoro Adi mengatakan operasi disfungsi ereksi baru pertama kali dilakukan di Indonesia yaitu di Rumah Sakit Melinda. Pihaknya memasang alat bantu ereksi kepada dua pasien yang mengalami disfungsi ereksi.

Baca Juga

"Ini yang pertama (berhasil pasang)," ujarnya belum lama ini.

Ia mengatakan disfungsi ereksi dapat diobati oleh obat-obatan. Namun, di luar negeri disfungsi ereksi dapat diobati melalui operasi menggunakan alat bantu ereksi seperti inflatable penile prosthesis dan maleable penile prosthesis.

"Alat ini pilihan terakhir bagi pasien yang tidak bisa ereksi lagi dan sudah melakukan pengobatan," ujarnya.

Kuncoro mengatakan alat bantu ereksi tersebut ditanam di dalam penis. Ia mengatakan bagi mereka yang normal jika akan ereksi terisi oleh darah sedangkan mereka yang disfungsi ereksi diganti alat tersebut.

"Inflatable dia sistem pompa, jadi yang masuk itu air untuk bisa ereksi kalau orang normal itu darah," katanya.

Sedangkan maleable semi rigid dan dapat dibengkokan serta diarahkan. Ia mengatakan kedua alat ereksi aman digunakan dan alat bantu ereksi ini dapat ditanam di penis pasien selama 10-14 tahun.

Ia mengatakan efek samping dari alat bantu ereksi ini ada tiga yaitu malfungsi alat, infeksi pasca operasi, dan erosi atau alat mengalami preposisi.

Kuncoro menambahkan berdasarkan data Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Indonesia tahun 2019 prevalensi disfungsi ereksi para pria usia tahun 20-80 tahun sebesar 35 persen. Ia mengatakan masalah disfungsi ereksi disebabkan beberapa hal seperti vaskulogenik maupun jantung, diabetes dan prostat. Selain itu masalah lainnya yaitu trauma akibat kecelakaan.

Terkait harga, ia mengatakan alat tersebut mencapai puluhan hingga ratusan juta. Namun pihaknya tengah mendorong agar alat tersebut masuk dalam asuransi kesehatan pemerintah.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement