Kamis 08 Sep 2022 20:43 WIB

Bakteri Penyebab Jerawat Sebenarnya Baik bagi Kulit?

Dokter jelaskan bahwa bakteri penyebab jerawat baik saat kondisi sedang bagus.

Rep: Santi Sopia/ Red: Nora Azizah
Dokter jelaskan bahwa bakteri penyebab jerawat baik saat kondisi sedang bagus.
Foto: www.pixnio.com
Dokter jelaskan bahwa bakteri penyebab jerawat baik saat kondisi sedang bagus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Paparan polusi dapat menyebabkan berbagai masalah kulit, seperti kusam, komedo hingga jerawat. Gaya hidup juga turut mempengaruhi kondisi kulit yang stres.

Tetapi tahukah bahwa bakteri penyebab jerawat sebenarnya baik bagi kulit? dr Olivia Ong, MBiomed (AAM), Founder AYOM mengatakan, bakteri mikrobio ini baik saat kondisi kulit sedang bagus.

Baca Juga

“Penyebab jerawat sebenarnya bakteri baik saat kondisi kulit bagus, tapi kalau tandus, maka bakteri-bakteri mikrobio kulit itu ada yang mati, ada yang harus bertahan hidup jadi preman mendominasi populasi, memunculkan jerawat,” kata dr Olivia dalam peluncuran skincare AYOM di Jakarta, Kamis (8/9/2022).

Maka untuk mengelola bakteri baik ini, sangat penting untuk merawat kulit. Cara merawat kulit yang terbaik, menurut dr Olivia, adalah menjaga sifat kealamian kulit. 

Wilayah kulit perlu disterilkan terlebih dahulu. Ibarat bumi, lingkungan kulit juga perlu dihijaukan kembali.

“Hijaukan, gemburkan, kuatkan lagi skin barriernya, kita tahu mekanisme yang tepat, akhirnya bakteri penyebab jerawat itu berada dalam jumlah seimbang dan memanggil teman-temanbya untuk membentuk pertahanan kulit yang lebih kuat,” lanjut dr Olivia yang juga founder Jakarta Aesthetic Clinic.

Saat dihijaukan kembali, pori-pori kulit dapat berkurang, begitu juga sumbatan komedo. Saat berjerawat malah menebalkan kosmetik atau bedak, justru akan menambah masalah.

Kulit akan kekurangan oksigen, mengalami peradangan tinggi. Tetapi jika kulit lebih terhidrasi, akan tampak dan terasa sehat serta lebih baik.

“Jadi hijaukan kondisi peradangan kulit, hidrasi, ubah cleanser lebih gentle, lalu beri banyak oksigen. Kalau menjaga tubuh dengan olahraga rutin dan makanan, kulit juga butuh dirawat secara natural,” tambah dr Olivia.

dr Olivia Ong menambahkan bahwa seperti halnya hubungan makrokosmos dan mikrokosmos pada bumi, kulit manusia juga ternyata bisa mengalami dampak modernisasi, tandus. Peningkatan suhu udara di bumi juga dialami oleh kulit manusia akibat paparan bahan kimia / sintetik, detergen, antiseptik, antibiotik, steroid berkepanjangan, sampai logam berat. Hal itu mengeringkan alam kulit dan mengganggu keharmonisan skin microbiome. Kulit dan bumi ini sama-sama sedang menangis.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement