Jumat 09 Sep 2022 09:40 WIB

Kematian Seseorang Bisa Diprediksi Kuat dari Kebiasaan Tidurnya

Studi temukan hubungan antara kebiasaan tidur sebagai prediktor terkuat kematian.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Studi temukan hubungan antara kebiasaan tidur sebagai prediktor terkuat kematian.
Foto: www.freepik.com.
Studi temukan hubungan antara kebiasaan tidur sebagai prediktor terkuat kematian.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tinjauan studi terkini mengungkap kaitan antara kebiasaan tidur seseorang dengan kapan dia akan meninggal dunia. Menurut temuan tersebut, kebiasaan tidur bisa menjadi prediktor terkuat kematian.

Penelitian yang diterbitkan di jurnal Digital Medicine itu meninjau 12 ribu studi yang menyelidiki karakteristik individu saat tidur. Itu termasuk gerakan dagu dan kaki, pernapasan, serta detak jantung.

Baca Juga

Para ilmuwan mengembangkan sistem menggunakan pembelajaran mesin untuk memprediksi "usia tidur" seseorang. Mereka mengidentifikasi variasi tidur yang paling erat kaitannya dengan kematian.

Usia tidur, kata mereka, adalah perkiraan usia seseorang berdasarkan karakteristik tidur yang terkait dengan kesehatannya. Penelitian sebelumnya telah mendokumentasikan bahwa tidur adalah salah satu hal yang kerap terkendala banyak gangguan.

Tim peneliti memberikan contoh pasien dengan penyakit Parkinson. Dalam kebanyakan kasus pasien, cenderung mengalami gangguan tidur sekitar lima hingga 10 tahun sebelum gejala lain muncul.

Menilai fitur yang berbeda dari tidur individu, studi baru menemukan bahwa fragmentasi tidur adalah "prediktor terkuat" kematian. Fragmentasi tidur merupakan kondisi ketika seseorang terjaga sejenak beberapa kali di malam hari tanpa mengingatnya.

Menurut analisis para peneliti dalam studi, gangguan tidur semacam itu berbeda dengan kondisi ketika seseorang menyadari bahwa mereka terjaga. Kondisi pembanding biasa dilaporkan pada pengidap gangguan tidur seperti insomnia dan sleep apnea.

Menggunakan perbedaan antara usia kronologis seseorang dan usia tidurnya, para peneliti kemudian memprediksi kematian mereka. Itu berdasarkan asumsi bahwa usia tidur yang lebih tua merupakan indikator masalah kesehatan.

Usia tidur yang lebih tinggi sebagian besar tercermin dalam "peningkatan fragmentasi tidur" yang bisa dijadikan penanda kesehatan. Namun, para ilmuwan belum mengetahui bagaimana fragmentasi tidur bisa terkait dengan risiko kematian.

"Menentukan mengapa fragmentasi tidur sangat merugikan kesehatan adalah sesuatu yang kami rencanakan untuk dipelajari di masa depan," ujar salah satu peneliti, Emmanuel Mignot dari Stanford University, seperti dikutip dari laman Independent, Jumat (9/9/2022).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement